Program pengelolaan hutan sosial yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membuat jumlah lahan dan petani kopi di wilayah tersebut terus bertambah.
Cianjur (ANTARA) - Petani kopi di dua kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kebanjiran pesanan dari sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, (Jabodetabek) serta Bandung dan sejumlah negara di Eropa dan Asia, sehingga petani menargetkan tahun depan dapat memanen 50 ton kopi.

Inisiator Kopi Sarongge, sekaligus pemilik pabrik pengolahan Negeri Kopi, Tosca Santoso pada wartawan di Cianjur, Senin, mengatakan saat ini petani kopi di wilayah utara Cianjur baru dapat menghasilkan 6 ton kopi setiap tahun.

Hasil tersebut didapat dari 120 hektare lahan yang terdapat di dua kecamatan yaitu Pacet dan Sukaresmi. Bahkan saat ini, lahan tersebut telah bertambah hingga 680 hektare dengan melibatkan 519 petani di beberapa desa di Kecamatan Sukaresmi.

"Untuk saat ini, petani masih kesulitan memenuhi pesanan dari pembeli dari berbagai daerah di Jabodetabek dan Bandung, termasuk dari luar negeri sehingga perlu perluasan lahan sudah diajukan di beberapa wilayah di Cianjur," katanya.

Namun ungkap dia tahun depan dari luas lahan yang didapat petani dari program pengelolaan hutan sosial tersebut,  akan menghasilan 50 ton kopi berbagai jenis yang dapat memasok kebutuhan lokal hingga luar negeri.

"Tahun ini, masih 6 ton kopi yang dihasilkan dari lahan yang ada di Sarongge dan Sukaresmi. Tahun depan sesuai penghitungan dari keseluruhan lahan yang ada akan menghasilkan kopi 50 ton per tahun," katanya.

Baca juga: Krisis harga, Wapres RI suarakan aksi bersama negara produsen kopi

Program pengelolaan hutan sosial yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membuat jumlah lahan dan petani kopi di wilayah tersebut terus bertambah.

Bahkan sebagian besar petani yang awalnya menjadikan ladang kopi sebagai selingan, saat ini lebih memilih kopi sebagai mata pencarian pokok karena keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan berkebun sayuran.

Petani kopi sekaligus pengepul kopi Ee Sulaiman warga Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, mengatakan sejak lahan seluas dua hektare yang didapat dari program KLHK, mulai panen, dirinya baru merasakan penghasilan yang cukup menjanjikan.

Bahkan dia dapat menjadi motivator sekaligus penyuluh bagi petani baru yang jumlahnya mencapai ratusan orang saat hendak memulai menanam kopi beberapa tahun yang lalu, hingga masuk masa panen.

"Penghasilan dari kopi cukup menjanjikan ketika cara penanaman sampai pengolahan saat musim panen benar-benar diterapkan. Saya mendapatkan banyak ilmu selama bekerja dengan Tosca yang saya bagi pada petani lain," katanya.

Target dua kecamatan sebagai penghasil kopi terbaik di Jawa Barat, ungkap dia, akan terwujud setelah ditambahnya bantuan kredit ringan bagi pengelola lahan dari program hutan sosial khususnya petani kopi.

"Bantuan untuk petani kopi di Sarongge dan Sukaresmi, berupa kredit modal dari Badan Layanan Umum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar Rp24 juta per orang dengan sistem tiga kali pencairan," katanya.

Sehingga bantuan permodalan untuk petani itu, akan meringankan petani kopi karena dapat dikembalikan setelah masuknya musim panen pada tahun ketiga dengan cara dicicil.

"Untuk saat ini, kami masih kesulitan untuk memenuhi pesanan dari Jabodetabek dan Bandung. Namun tahun depan sebagian besar lahan yang digarap petani di dua kecamatan akan menghasilkan panen hingga puluhan ton," katanya.
Baca juga: Pemkab Sumbawa Barat dampingi petani kembangkan Kopi Rarak

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019