Jakarta (ANTARA) - Forest Watch Indonesia (FWI) meminta pemerintah agar tidak melihat atau memanfaatkan hutan hanya sebagai sumber ekonomi saja melainkan harus mengedepankan aspek keberlangsungan lingkungan.

"Kita harus kembali lagi pada makna hutan yang sesungguhnya jangan melihat dari sisi ekonomi saja," kata Manager Kampanye FWI Mufti Barri di Jakarta, Senin pada konferensi pers mengemukakan tematik spasial HGU serta potret keadaan hutan Indonesia dan deforestasi.

Baca juga: Perhutani-Unair kerja sama manfaatkan kawasan hutan

Selama periode 2013 hingga 2017 sebanyak 5,7 juta hektare (ha) hutan di Indonesia telah berkurang dari sebelumnya 88,5 juta (ha) menjadi 82,8 juta ha. Jika dirata-ratakan setiap tahunnya menyusut hingga 1,4 juta ha.

"Dari deforestasi yang terjadi di Tanah Air, Kalimantan merupakan daerah penyumbang paling tinggi yaitu mencapai 2 juta ha," katanya.

Terus berkurangnya luasan hutan, pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait diminta kembali pada hakikat Undang-Undang 41 tahun 1999 tentang kehutanan sebagai satu kesatuan ekosistem yang tidak terpisahkan dengan lainnya.

Berdasarkan landasan UU 41 tahun 1999, FWI berpandangan Hutan Tanaman Industri (HTI) tidak termasuk kategori hutan karena monokultur. Sebagai contoh penanaman akasia atau sawit dan lain sebagainya.

Baca juga: Pemerintah buka akses perbankan pemanfaatan hutan sosial

Selain itu, FWI juga melihat keseimbangan antara deforestasi dan reforestasi tidak begitu sinkron. Misalnya pembabatan hutan di Kalimantan dan Papua untuk kepentingan pembangunan. Sementara, proses penanaman dilakukan di Pulau Sumatera.

Sehingga, ujar dia, keseimbangan hutan yang telah dibabat untuk kepentingan ekonomi tadi tidak tertutupi. Selain itu, daerah terdampak deforestasi juga berpotensi besar mengalami perubahan iklim dan bencana alam.


Dari hasil analisis yang dilakukan FWI menyimpulkan bahwa daerah yang masih memiliki hutan alam luas kondisi suhu relatif lebih rendah. Sebaliknya, wilayah hutan alam yang hilang berpeluang terjadinya peningkatan suhu.

Baca juga: Di Kalteng, pemanfaatan hutan sembarangan ancam ekosistem alam

"Korelasinya memperlihatkan ke arah situ antara suhu dengan dan tutupan hutan," katanya.

Tidak hanya perubahan iklim, wilayah yang hutan alamnya sudah atau mulai habis juga berpotensi besar terdampak bencana alam yaitu banjir sebagai contoh Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan Bengkulu.

"Contoh kasus yang kita angkat di Sulawesi Selatan itu rasio banjirnya tinggi termasuk Bengkulu karena rasio tutupan hutannya rendah," ujar dia.

Baca juga: Pemerintah upayakan pemanfaatan lahan gambut
Baca juga: Presiden bahas kebijakan pemanfaatan tanah di kawasan hutan
Baca juga: Menteri LHK temui MUI bahas hutan sosial

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019