Bamako (ANTARA) - Sebanyak 25 tentara Mali tewas dan 60 lainnya hilang setelah tersangka garis keras menyerang dua kamp militer di Mali tengah pada Senin, demikian pernyataan pemerintah.

Korban merupakan yang paling menderita dari pasukan Mali sepanjang tahun ini saat pihaknya berjuang membendung kelompok garis keras yang terkait dengan Al Qaida atau ISIS, yang melancarkan operasi di sejumlah wilayah Mali dari tempat mereka meluncurkan serangan di seluruh Sahel.

Otoritas sebelumnya mengatakan pos militer di Boulkessi dan Mondoro menjadi sasaran, namun tidak mengindikasikan jumlah korban tewas.

"Di kalangan FAMA (pasukan bersenjata Mali) jumlah korban sementara yakini, 25 tentara tewas, empat terluka, ... sekitar 60 hilang dan peralatan berat raib," kata pemerintah pada Selasa.

Baca juga: 157 orang tewas dalam serangan terhadap suku gembala Mali

Sebagai respon, militer meluncurkan operasi gabungan dengan pasukan negara tetangga Burkina Faso, yang didukung pasukan Prancis yang ditempatkan di kawasan tersebut, katanya.

Negara Afrika Barat terjerat konflik sejak 2012 saat kelompok garis keras membajak pemberontakan etnis oleh Tuareg di wilayah utara. Baru-baru ini kekerasan bergeser ke Mali tengah, tempat pertempuran antara petani dan penggembala juga melonjak sepanjang tahun ini.

Kelompok garis keras mengeksploitasi permusuhan etnis di Mali dan negara tetangga untuk menggencarkan perekrutan anggota.

Sumber: Reuters

Baca juga: Serangan di Mali tewaskan 11 tentara
Baca juga: Sepuluh penjaga perdamaian PBB tewas dalam serangan di Mali
Baca juga: Kelompok bersenjata bunuh 37 warga sipil di Mali

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019