Berdasar arahan Mendag, operasi pasar akan menggelontorkan 5.000 ton beras per hari
Kota Batu, Jawa Timur (ANTARA) - Perum Bulog siap untuk menggelar operasi pasar beras di berbagai wilayah di Indonesia dengan menggelontorkan kurang lebih sebanyak 600.000 ton beras medium untuk menurunkan harga komoditas tersebut.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, pada sisa waktu di penghujung tahun 2019 ini, pihaknya akan menggelontorkan beras medium ke pasar rakyat untuk menurunkan harga, dan menjamin ketersediaan pasokan beras kualitas medium kepada masyarakat.

"Untuk Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSA) baru sekitar 340 ribu ton. Target kami pada 2019, satu juta ton. Jadi masih ada sekitar 600 ribuan ton yang harus digelontorkan hingga akhir Desember 2019," kata Tri, di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat.

Tri menjelaskan, saat ini stok beras kualitas medium yang dimiliki Perum Bulog berada dalam kondisi yang sangat aman dengan total mencapai 2,3 juta ton. Dengan posisi stok tersebut, diperkirakan masih akan cukup untuk kebutuhan hingga masuknya musim panen kedepan.

Baca juga: Mendag minta Bulog segera operasi pasar beras, agar harga turun

Menurut Tri, kebutuhan masyarakat untuk beras kualitas medium diprediksi akan mengalami peningkatan pada November dan Desember 2019, khususnya menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2020.

Kemudian, pada Januari-Februari 2020, lanjut Tri, permintaan masih akan tinggi sementara produksi beras masih memasuki musim tanam. Sehingga, pemerintah perlu melakukan langkah antisipasi adanya kenaikan harga beras.

"Panen diperkirakan Maret-April 2020. Jadi, yang perlu diantisipasi adalah, Novermber dan Desember 2019, dan Januari, Februari 2020, karena harga pasti tinggi," kata Tri.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita telah meminta Perum Bulog untuk segera melakukan operasi pasar dikarenakan harga beras kualitas medium telah mengalami kenaikan dan memberikan andil terhadap inflasi.

Sebagai catatan, pada September 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi sebesar 0,27 persen. Namun demikian, kelompok padi-padian dan umbi-umbian mengalami kenaikan harga sebesar 0,13 persen dan memberi andil inflasi 0,01 persen.

"Berdasar arahan Mendag, operasi pasar akan menggelontorkan 5.000 ton beras per hari, saat ini masih berkisar pada 3.000 ton per hari. Asumsi kami, pada Oktober 2019 sebesar 5.000 ton per hari," ujar Tri.

Pihak Bulog menyatakan, diharapkan operasi pasar yang akan dilakukan tersebut mampu menurunkan harga beras di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

HET dipatok bervariasi sesuai dengan lokasi dan karakter wilayah masing-masing daerah, mulai sebesar Rp9.450 seperti untuk Pulau Jawa, Rp9.950 untuk Kalimantan, dan Rp10.250 per kilogram untuk wilayah Maluku.

"Akan kami gelontorkan, targetnya turun di bawah HET. Dalam dua minggu kedepan, kami akan operasi pasar terus," ujar Tri.

Baca juga: Bulog Probolinggo gelar operasi pasar jaga ketersediaan pasokan
Baca juga: Bulog Jatim operasi pasar antisipasi kekurangan pasokan beras


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019