London (ANTARA) - Duta Besar Indonesia untuk Denmark, M. Ibnu Said mengatakan Indonesia dan Denmark memiliki tantangan yang sama dalam mengatasi ujaran kebencian (hate speech), berkembangnya intoleransi, dan ekstremisme.

Dalam dialog Antaragama Indonesia dan Denmark yang diadakan di Kopenhagen, Denmark, Kamis. Dubes Ibnu Said mengatakan dialog lintas agama dan media seperti yang diadakan saat ini adalah salah satu kerja sama yang dapat dilakukan kedua negara dalam upaya mengatasi tantangan tersebut, menurut keterangan tertulis KBRI yang diterima Jumat.

Dikatakan, di era perkembangan teknologi dan arus informasi yang dapat diakses siapapun, ujaran kebencian dan berita bohong (hoaks) menyebar dengan mudah dan mengakibatkan terbangunnya kebencian dan opini publik negatif.

Baca juga: Indonesia-Denmark jajaki kerja sama pendidikan sains

Duta Besar Michael Suhr, Perwakilan Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan Kementerian Luar Negeri Denmark, mengatakan pentingnya mempromosikan toleransi dan upaya untuk saling menghormati di antara masyarakat yang pluralis.

Menurut dia, forum dialog ini merupakan pondasi dasar bagi kedua negara untuk meningkatkan kerja sama bilateral dalam mewujudkan keharmonisan dan rasa saling pengertian.

Pendidikan kepada masyarakat merupakan unsur  dalam memberikan pemahaman dan penjelasan akan pluralisme, keragaman budaya dan agama, serta tenggang rasa, ujarnya.

Pembicara dari Indonesia pada forum dialog ini ialah Prof. Syafiq Mughni, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban, Romo Eko Armada Riyanto, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Agus Sudibyo (Dewan Pers Indonesia), Jati Savitri (Media Group), dan Rudi Sukandar (The Habibie Centre).

Baca juga: Dialog kebhinnekaan Ibu Shinta di Denmark

Pembicara dari Denmark ialah Jacob Mchangama, Direktur dan Pendiri Justitia, Filip Buff Pedersen dari Dewan Misi Denmark dan Lucas Skræddergaard dari Dewan Pemuda Denmark dan Organisasi Pemuda Kristen (Ung Mosaik)

Forum dialog ini membahas keragaman budaya, beragama, peran pemuka agama dan masyarakat dalam membangun masyarakat damai dan inklusif, serta keterlibatan pemuda dan media dalam menangani penistaan agama. Selain itu dibutuhkan peran media, masyarakat, dan pemerintah, terutama dalam penetapan dan implementasi kebijakan legal, upaya literasi bermedia sosial yang bertanggung jawab dan media menyuguhkan kebenaran tetapi tidak bias dan tidak memprovokasi.

Delegasi Indonesia juga berkunjung ke Danish Islamic Center dan berdialog dengan ulama Denmark. Selain itu melakukan pertemuan dengan VINK, lembaga deradikalisasi ekstremisme di kota Kopenhagen.

Kunjungan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait praktik beragama dan interaksi antarumat beragama di Denmark, serta upaya Pemerintah Denmark dalam mengatasi ekstremisme.

Baca juga: Denmark perkenalkan dunia diplomasi bagi pemuda Indonesia

Indonesia - Denmark Interfaith and Intermedia Dialogue merupakan wujud komitmen kedua negara meningkatkan kerja sama dalam memajukan demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kebebasan dalam beragama sebagaimana tercantum dalam Plan of Action 2017 - 2020 untuk Kemitraan antara Pemerintah Kerajaan Denmark dan Pemerintah Republik Indonesia.

Pada 2020 hubungan diplomatik Indonesia dan Denmark mencapai 70 tahun.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019