Jakarta (ANTARA) - Atlet lompat jauh putri Indonesia Maria Natalia Londa pada Minggu menyatakan tetap bersyukur meskipun gagal tembus ke babak final pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, sehari sebelumnya.

Pasalnya, Maria Londa mengaku memetik banyak pengalaman dari penampilan keduanya di Kejuaraan Dunia Atletik setelah selang 12 tahun. Dan hal itu ia syukuri mengingat atlet kelahiran Denpasar itu kini telah memasuki usai 29 tahun.

Baca juga: Maria Londa wakili Indonesia di kejuaraan dunia atletik bersama Zohri

”Hasil ranking ke-26 dengan lompatan 6,36 m bukanlah lompatan terbaik saya. Namun (ini adalah) pengalaman dan juga kestabilan lompatan yang masih saya capai di usia ini,” tulisnya dalam laman instagram pribadinya, @marianatalialonda7997, Minggu.

"Saya ingin mengatakan bahwa usia tidaklah menjadi penghalang seorang atlet untuk berprestasi, karena selama kita mempunyai tekad, kerja keras dan kemauan yang kuat itu adalah hal utama dalam meraih prestasi," tulisnya lagi.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Trimakasi untuk semua doa dan suportnya,trimakasi kepada Iaaf yang mengundang saya untuk mengikuti kejuaraan dunia ini,ini adalah kejuaraan dunia ke 2 yang saya ikuti dimana yg pertama saat kejuaraan dunia di Osaka 2007 saya saat itu berusia 17 tahun dan mengikuti nomor lompat jangkit,dan hari ini untuk ke2 kalinya dalam kejuaraan dunia di Doha 2019 saya turun dinomor yg berbeda yaitu lompat jauh di usia saya 29 tahun,hasil rank 26 dengan lompatan 6.36 m yang saya capai bukanlah lompatan terbaik saya,namun pengalaman dan juga kestabilan lompatan yang saya masih capai di usia saya ini ,saya ingin mengatakan bahwa usia tidaklah menjadi penghalang seorang atlet untuk berprestasi,karena selama kita mempunyai tekad ,kerja keras, dan kemauan yg kuat itu adalah hal utama dalam meraih prestasi,Trimakasi untuk Pb Pasi yang masih memberikan kesempatan untuk saya mengembangkan prestasi saya terutama kepada Bapak @m.bobhasan yang tidak pernah berhenti mensuport Atletik Indonesia,jugakepada @humble.farmer @ketut.pageh @madesukariata trimakasi karena sudah selalu membantu dari proses latihan, penyembuhan cidera hingga saat ini bisa melompat dan percaya diri lagi Dan juga untuk semua keluarga,teman,sahabat dan seluruh masyarakat Indonesia Trimakasi atas suport dan doanya. #atletikIndonesia #longjumper #asicsindonesia #imoveme #oakleyId #teamoakley #bohanfood #gatramediagroup @terapibadans

A post shared by Maria Natalia Londa,S.Pd (@marianatalialonda7997) on


Laman resmi IAAF mencatat lompatan terbaik Maria sejauh 6,36 m membuatnya menempati posisi ke-13 dari 15 peserta di babak kualifikasi Grup B.

Sementara dari total 31 peserta lompat jauh putri yang tergabung dalam Grup A dan Grup B, Maria berada di urutan ke-26.

Dalam Grup B babak kualifikasi itu didominasi oleh pelompat jauh unggulan pertama asal Jerman Malaika Mihambo dengan lompatan sejauh 6,98 m, disusul di posisi kedua ada pelompat jauh asal Ukraina Maryna Bekh-Romanchuk dengan lompatan 6,74 m, dan di urutan ketiga ada pelompat jauh asal Inggris Abigail Irozuru dengan 6,70 meter.

Baca juga: Indonesia kesulitan regenerasi atlet lompat jangkit

Catatan terbaik Maria tahun ini dalam lompat jauh adalah 6,68 m yang diraihnya pada Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Bogor awal Agustus lalu.

Maria yang baru pulih dari cedera itu masih berjuang untuk tampil maksimal pada SEA Games 2019 di Filipina, berharap dapat memecahkan rekor pribadinya pada SEA Games 2015 di Singapura, di mana dia membukukan lompatan sejauh 6,70 m.

Baca juga: Tiket gratis membuat Stadion Khalifa mendadak penuh

Baca juga: Hellen Obiri tetap juara dunia 5.000m putri

Baca juga: Rojas pertahankan gelar juara dunia lompat jangkit putri

Baca juga: Gatlin akhirnya sabet medali emas

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2019