pembangunan Natuna meski difokuskan pada dua sektor, yakni industri perikanan dan migas
Natuna, Kepri (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia Susi Pudjiastuti meresmikan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Senin.

Menteri KKP Susi Pudjiastuti di Natuna, Senin, mengatakan pembangunan SKPT Natuna sejalan dengan janji Nawa Cita ketiga Presiden Joko Widodo, yakni “Membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan”.

"Hal ini diperkuat dengan arahan Presiden Jokowi dalam rapat terbatas di atas KRI Imam Bonjol 383 pada 23 Juni 2016 lalu, bahwa pembangunan Natuna meski difokuskan pada dua sektor, yakni industri perikanan dan migas," ujarnya.

Kabupaten Natuna yang berbatasan langsung dengan sejumlah negara tetangga, seperti Vietnam, Kamboja, Singapura, dan Malaysia, katanya, menjadikan daerah itu garda terdepan menunjukkan identitas Indonesia di mata dunia.

Sebagai wilayah pesisir, katanya, kelautan dan perikanan menjadi sektor penting untuk memajukan ekonomi masyarakat setempat.

Dengan alokasi dana Rp221,7 miliar, kata Susi, SKPT Natuna dibangun selama periode 2015- 2019 di atas lahan 5,8 hektare. SKPT Natuna fokus pengembangan Pelabuhan Perikanan Selat Lampa.

"Area lahan seluas tiga hektare didapatkan melalui reklamasi, sedangkan 2,8 hektare lainnya memanfaatkan area daratan yang sudah ada," katanya.

Baca juga: KKP bangun infrastruktur Pelabuhan Selat Lempa Natuna

Ia menjelaskan SKPT Natuna memiliki beberapa fasilitas pokok untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan kelautan dan perikanan, mulai pendaratan hasil kelautan dan perikanan, pengolahan, hingga pemasaran.

Fasilitas pokok itu, antara lain dermaga berukuran 8x100 meter untuk tempat bersandar kapal di bawah 30 gross ton (GT), dermaga berukuran 8x120 meter untuk tempat bersandar kapal di atas 30 GT, "causeway" (jalan lintas ke dermaga), jalan kawasan, sistem drainase, dan trotoar.

Sebagai fasilitas fungsional, dibangun Kantor Pengelola Pelabuhan, Tempat Pemasaran Ikan (TPI), Integrated Cold Storage (ICS) berkapasitas 200 ton, Kios Bahan Bakar Minyak (BBM) berkapasitas 12 kiloliter, pengolahan air bersih Backrish Water Reserve Osomosis (BRWO) berkapasitas 250 ton, Tempat Perbaikan Jaring, dan Kios Perbekalan Melaut.

Untuk mendukung kegiatan masyarakat di sekitar SKPT Natuna, dibangun pula empat kios perbekalan nelayan, satu pos jaga, dua toilet umum, satu masjid, dan enam rumah pegawai.

Selain itu, sarana akomodasi dan operasional berupa truk sampah, truk tangki air bersih, truk "mini crane", kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar menjelaskan pembangunan SKPT Natuna juga dioptimalkan dengan kapal perikanan bantuan untuk menunjang kegiatan nelayan setempat.

Sepanjang 2016-2017, KKP telah menyerahkan 70 kapal perikanan yang terdiri atas 50 kapal penangkap ikan berukuran 5 GT, 13 kapal penangkap ikan berukuran 10 GT, lima kapal penangkap ikan berukuran 20 GT , dan dua kapal angkutan ikan berukuran 37 GT.

“Kapal-kapal ini diberikan kepada 11 koperasi nelayan yang tersebar di Kabupaten Natuna. Tak lupa, disediakan pula pelayanan kesyahbandaran,” ujarnya.

Pada 2018, volume produksi perikanan tangkap di SKPT Natuna 1.039.057 kilogram dengan penjualan Rp27.294.364.519, sedangkan hingga September 2019 produksi perikanan tangkap 1.180.227 kilogram dengan nilai penjualan Rp19.317.891.559.

Baca juga: Kerja sama pusat-daerah bersinergi di perairan Natuna
Baca juga: Pemerintah akan jadikan Natuna destinasi wisata baru

 

Pewarta: Ogen
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019