Jangan katakan menteri diam. Kami urus sampai ke pabrik
Kediri (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memaparkan tentang kemajuan pertanian di Indonesia, selama masa pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK yang dinilai cukup menggembirakan karena petani lebih sejahtera.

"Pertanian hari ini, gudang penuh. Untuk beras yang sudah sewa gudang Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat. Dari Dirut Bulog, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan. Kami terima laporan komisi 4, Papua, Merauke, gudang penuh. Itu prestasi petani kita semua. Luar biasa petani kita," katanya saat kunjungan kerja ke Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu.

Ia mengatakan perusahaan besar banyak yang sudah untung besar, namun petani kesulitan. Dirinya juga mendengar harga cabai rendah. Namun, ia berharap tidak dikatakan bahwa menteri diam. Selama ini pihaknya langsung mengurus ke pabrik jika ada masalah.

"Jangan katakan menteri diam. Kami urus sampai ke pabrik. Kita cari, berupaya keras," kata Menteri Amran.

Baca juga: Mentan Amran optimis Indonesia segera swasembada gula

Di Kediri, kata dia total anggaran untuk Kabupaten Kediri dari APBN, DAK, Dana Desa itu Rp1,2 triliun. Sedangkan, alat sintan (mesin pertanian) ke Jatim yang dikirim total 39 ribu, dimana jumlah ini terbesar sepanjang sejarah.

Pihaknya memang berupaya melakukan mekanisasi pertanian, dengan membelikan traktor untuk petani. Anggaran untuk membeli peralatan pertanian diutamakan, mengingat kebutuhan petani menjadi hal yang didahulukan.

"Dahulukan petani kita. Kalau petani produksi negara ini kuat dan jaya. Ingat ketahanan negara identik dengan ketahanan pangan. Jadi, jangan heran, kami bersama TNI, polisi, yang dikoordinir Ibu Bupati harus menyatu. Kalau goyah, negara bisa kesulitan. Tidak ada yang bisa tahan tujuh hari tanpa makan, jadi petani harus dimuliakan," kata dia.

Baca juga: Mentan pastikan stok beras aman jelang selesai masa jabatan

Ia juga menambahkan ekspor pertanian di Indonesia juga menunjukkan kenaikan cukup baik. Pada 2014, ekspor pertanian 33 juta ton, saat ini menjadi 42,5 juta ton, naik 9 juta ton dengan nilai Rp400 triliun.

"Inflasi, kemudian investasi dan seterusnya. Harga beras, gabah, cukup bagus. Stabil, aman," kata dia.

Dirinya juga berharap, bantuan alat mesin pertanian ke petani bisa bermanfaat. Jika petani menggunakan traktor, bisa menekan biaya sampai 60 persen, bahkan 70 persen. Selain itu, petani bisa menekan waktu di lapangan. Jika dahulu untuk tanam dari 1 hektare lahan, membutuhkan tenaga 20 orang, dengan alat pertanian bisa lebih cepat hanya lima jam selesai. Bahkan, petani juga bisa bertani dari bawah pohon, dimana teknologi dengan menggunakan remote control.

Ia juga berharap pembangunan embung bisa bermanfaat. Semua air hujan yang jatuh di bumi Indonesia, diharapkan bisa ditampung di embung, sehingga tidak langsung masuk ke lautan. Dengan embung, air bisa dimanfaatkan untuk sarana pertanian.

"Tidak ada impor. Hari ini nol. Gudang penuh. Ada 2,5 juta ton, produksinya jauh lebih tinggi. Kekuatan pertanian kita luar biasa. Bukan saja swasembada hari ini, tapi berdaulat pangan. Seluruhnya dipenuhi dari dalam negeri. Karena, sejak pemerintahan Jokowi-JK, kita rancang tiada hari tanpa tanam, tiada hari tanpa olah, tiada hari tanpa panen. Caranya, kita ubah pertanian tradisional jadi modern, kita bangun sistem, embung, sumber air. Intinya, jangan biarkan air hujan yang jatuh di bumi Indonesia mengalir ke lautan tanpa dimanfaatkan petani. Itu kata kunci," kata dia.

Baca juga: Mentan gaungkan pertanian berbasis digital

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019