Nanti akan bikin 'startup' lagi nanti dia dapat pengalaman, ada perusahaan jadi 'unicorn' yang lain tapi itu sudah 'startup' kelima-keenam dari 'founder' (pendiri) yang sama
Jakarta (ANTARA) - CEO Orbit Ventura Sachin Gopalan mengatakan perlu ada perubahan budaya atau cara pandang dalam melihat kegagalan "startup" atau Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) di Indonesia.

"Ada 'culture' (budaya) kalau gagal nanti malu dia tidak bisa ini mengerti kita harus belajar dari 'startup culture' di negara lain kalau gagal di 'startup' ini bukan kegagalan tapi itu adalah satu 'step' (langkah) untuk 'the next level'. Kami harus membangun 'culture', seperti itu di sini itu butuh waktu dan kerja sama," katanya kepada wartawan di sela-sela acara Investment Readiness Startup/PPBT Potensial: Dukungan Modal Ventura Dalam Pengembangan Kawasan Sains dan Teknologi di Jakarta, Rabu.

Ia menuturkan 90-95 persen PPBT gagal di negara mana pun. Walaupun gagal sekali, pendiri PPBT yang nanti akan membangun "startup" lagi hingga menjadi sukses saat membangun PPBT kelima dari pendiri yang sama.

"Nanti akan bikin 'startup' lagi nanti dia dapat pengalaman, ada perusahaan jadi 'unicorn' yang lain tapi itu sudah 'startup' kelima-keenam dari 'founder' (pendiri) yang sama itu motivasi buat dia untuk belajar apa yang dilakukan untuk sukses," tuturnya.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan pemerintah Indonesia fokus untuk para pelaku PPBT dengan memberikan insentif pembiayaan dan pendampingan bagi kalangan itu.

Berdasarkan laporan 2017, investasi yang berjalan di Indonesia sudah mencapai lebih dari empat miliar dolar AS, kebanyakan masuk ke "unicorn".

Baca juga: Menteri Nasir targetkan 50-60 CPPBT jadi startup

Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar dengan kontribusi PPBT yang besar serta produk domestik bruto yang besar di Asia Tenggara karena Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar di kawasan itu.

Untuk itu, dia percaya PPBT Indonesia akan tumbuh dengan baik jika dapat memenuhi standar internasional dengan 11 parameter untuk menarik investor, baik dari luar maupun dalam negeri, untuk mendanai pengembangan bisnis mereka.

Sebanyak 11 parameter tersebut merupakan kacamata dari investor yang harus bisa dipenuhi para PPBT agar investor tertarik berinvestasi, mendanai pengembangan PPBT.

Parameter yang digunakan dalam Investment Readiness, di antaranya potensi dari ide, besaran pasar, pengembangan dan kinerja produk, pola operasional rendah biaya, legalitas dan kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau paten, kualitas sumber daya manusia dan tim, manfaat yang kompetitif, kematangan layanan dan produk, "financial robustness", tata kelola perusahaan, dan risiko.

Baca juga: Unimal Aceh loloskan 6 "startup" binaan raih pembiayaan program PPBT Kemenristekdikti
Baca juga: Kemenkominfo gelar 1.000 Starup Digital

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019