Film Rp5 miliar kalau dapat penonton 400.000 sudah ‘break even point’, itu hanya dari tiket, belum pendapatan lainnya,
Jakarta (ANTARA) - Perum Produksi Film Negara menargetkan bisa membukukan laba Rp100 miliar dari produksi 21 film mulai 2020 hingga 2023.

“Kalau saya pikir bisa ‘double’ dari itu, jadi bisa dapat Rp100 miliar lagi. Tapi ini kan kalau di rata-rata ya,” kata Direktur Komersil dan Pemasaran PFN Elprisdat dalam diskusi Ngopi BUMN di Jakarta, Selasa.

Elprisdat menyebutkan untuk memproduksi 21 film dari 2020 hingga 2023 pihaknya membutuhkan biaya rata-rata Rp5 miliar per film, sehingga jika ditotal seluruh film membutuhkan sekira Rp100 miliar.

Ia mengagakan pihaknya sudah mendapatkan balik modal apabila bisa mendatangkan 400.000 penonton.

“Film Rp5 miliar kalau dapat penonton 400.000 sudah ‘break even point’, itu hanya dari tiket, belum pendapatan lainnya,” katanya.

Baca juga: Sinergi BUMN, PFN bangun Creative Hub perfilman

Genre film yang akan diproduksi PFN beragam, namun tema besar yakni sejarah (1945, Hoegeng, Kairo-Tiga Sahabat Menggali Dunia dan Saimar), film petualangan anak (Si Unyil The Movie, Lima Menerjang Badai, Sang Timur Jauh) dan film drama (Akad, Layar Terkembang, Sabai Nun Aluih) yang merupakan kerja sama antara lain, PT Balai Pustaka, PT Indonesia Tourism Development Corporation, PT Ideosource dan Dante Sinema.

Dia mengatakan tahun lalu pihaknya juga telah memproduksi film setelah tidak berproduksi selama lebih dari 26 tahun, yakni film “Kuambil Lagi Hatiku” dengan Sutradara Azhar Kinoi Lubis, Produser Salman Aristo dan dibintangi antara lain Dimas Aditya, Lala Karmela, Sahil Shah, Dian Sidik, dan Ence Bagus.

Elprisdat menyebutkan investasi untuk film tersebut yakni Rp9 miliar ditambah dukungan sponsor Rp12 miliar.

“Jadi asetnya masih ada. Investasi sudah kembali. Jadi artinya di film sekarang itu, Anda gagal di bioskop belum tentu mati. Tapi kalau di bioskop berhasil di semua channel nilainya akan tinggi. Jadi bioskop itu sebagai bandul untuk menentukan dia laku di derivatif berikutnya seperti di televisi berbayar, free to air, di in flight,” katanya.

Baca juga: PFN bakal gandeng sineas milenial untuk produksi 21 film sampai 2023

Untuk itu, lanjut dia, PFN pun akan bekerja sama dengan BUMN untuk memanfaatkan lahan-lahan perusahaan dan dibangun bioskop di kabupaten.

Ia menyebutkan 550 kabupaten belum memiliki bioskop karena 60 persen pesebaran bioskop masih di Jabodetabek.

“Di mana 65 persennya itu film asing. Kami ingin memajukan film Indonesia, juga agar yang menonton itu bukan hanya millenial, masyarakat di daerah juga bisa menonton dengan harga tiket Rp15.000-Rp.20.000,” katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019