Kita punya target sampai akhir tahun Rp1,6 miliar, tapi sampai saat ini sudah Rp3,6 miliar
Tangerang (ANTARA) - Balai Teknik Penerbangan Kementerian Perhubungan meraup Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp3,6 miliar atau sudah melampaui dari target hingga akhir 2019, yakni Rp1,6 miliar.

“Kita punya target sampai akhir tahun Rp1,6 miliar, tapi sampai saat ini sudah Rp3,6 miliar,” kata Ketua Balai Teknik Penerbangan Fellyus Noor saat kunjungan di Balai Teknik Penerbangan di Tangerang, Banten, Rabu.

Fellyus menyebutkan pada Juli 2019, pihaknya telah membukukan PNPB senilai Rp114,4 juta, Agustus 2019 Rp326 juta dan September 2019 senilai Rp1,4 juta.

Hingga September 2019, Balai Teknik Penerbangan telah melakukan pengujian teknik sipil dan lingkungan bandara, dinantaranya daya dukung perkerasan (landasan pacu) 14 lokasi, kekesatan permukaan perkerasan 14 lokasi, kerataan permukaan perkerasan tujuh lokasi, permukaan perkerasan enam lokasi dan alat “ground penetration radar” (GPR) empat lokasi.

Kemudian pengujian elektronika penerbangan (permintaan lokasi) dua lokasi, pengujian mekanikal dan listrik penerbangan tiga lokasi.

Bandara Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU) yang telah dilakukan perbaikan peralatan keamanan penerbangan dari Juli hingga September 2019, yakni Bandara APT Pranoto-Samarinda, Namrole, Depati Parbo-Kerinci, Tunggul Wulung-Cilacap, H Asan-Sampit, Komodo-Labuan Bajo dan Larantuka.

Untuk perbaikan elektronika penerbangan telah dilakukan sebanyak 35 peralatan di 21 lokasi dan perbaikan melanikal dan listrik penerbangan 19 peralatan di tiga lokasi, yakni UPBU H Hasan Aroeboesman, UPBU Miangas, UPBU Sinabang.

Fellyus mengatakan pihaknya juga telah melakukan perjanjian kerja sama dengan sejumlah BUMN dan swasta, di antaranya PT Aerotek Indonesia, BP3 Curug, PT Angkasa Pura I, Perum LPPNPI, PT Starcom, PT Nindya Karya, PT PP, ATKP Surabaya, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, PT Brantas Abipraya, PT Waskita Hutama, PT Amka, PT Inovasi Digital Elektronik dan PT Bumi Indah.

“Kerja sama yang terjadi adalah pelayanan pemanfaatan fasilitas, misalnya Airnav ada barangnya yang rusak, dia kirim barang ke kita untuk diperbaiki, begitupun misalnya Nindya untuk pelapisan landasan harus memenuhi kriteria. Jadi kita diminta bukan mendatangi,” katanya.

Fellyus juga mengharapkan tiga konsep baru di Balai Teknik Penerbangan, yakni agar semua peralatan terutama prasarana yang masuk ke bandara harus melalui pengujian Balai Teknik Penerbangan.

Kedua, peralatan yang sudah lulus uji tersebut saat akan dipasang dipastikan kembali kelaikannya.

Ketiga, peralatan yang sudah dipasang dan dipakai harus dites kembali apakah kondisinya masih normal atau sudah semestinya digantiz

“Contoh ponsel ini kan pasti melalui uji Kominfo, untuk truk juga melalui uji SRUT, peralatan penerbangan ini belum ada,” ujarnya.

Baca juga: Merpati kerja sama fasilitas peralatan dengan Balai Teknik Penerbangan
Baca juga: Balai Kalibrasi Penerbangan targetkan pendapatan Rp119 miliar


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019