agar tidak melombakan atau menjual beli satwa dilindungi.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya mengedukasi masyarakat terutama generasi milenial untuk melindungi dan mencintai flora dan fauna melalui rangkaian Pameran Keanekaragaman Hayati Nusantara pada 8 November hingga 8 Desember 2019.

"Kita penekanannya lebih kepada kecintaan satwa dan keanekaragaman hayatinya untuk mendukung program Sumber Daya Manusia unggul," kata Kepala Penyajian dan Layanan Informasi Publik KLHK Nuke Mutikania saat Technical Meeting Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) di Jakarta, Jumat.

Kegiatan yang berlangsung selama satu bulan di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, diharapkan mampu memberikan penyadartahuan bagi masyarakat akan pentingnya menjaga dan melindungi satwa maupun tumbuhan yang dilindungi undang-undang.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kata dia, Indonesia memiliki sejumlah ekosistem unik yang harus terus dikenalkan kepada masyarakat.

Tercatat ada 25 ribu jenis tumbuhan bunga, 500 jenis mamalia, 500 jenis reptil, 1.500 jenis burung, 270 jenis amfibi dan 2.500 lebih jenis ikan. Beragamnya flora dan fauna di Indonesia harus terus dikenalkan kepada masyarakat terutama pelestariannya, tambahnya.

Baca juga: KLHK amankan 85 ekor satwa dilindungi di Maluku


Kegiatan tersebut nantinya menampilkan aneka flora dan fauna yang tersebar di sejumlah daerah. Namun, Nuke mengingatkan agar pelaksana HCPSN maupun peserta tidak melombakan atau menjual beli satwa dilindungi.

"Setelah proses edukasi diterima oleh masyarakat dan generasi milenial, maka diharapkan mereka memiliki kesadaran lebih termasuk menjaga lingkungan," kata dia.

Sementara itu, Ketua Komunitas dekat bareng reptile (debar) Novandry Dwi Saputra mengatakan kegiatan tersebut merupakan momentum untuk terus mengajak dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan melindungi satwa.

"Pelajar Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Menengah Atas yang datang akan kami edukasi tentang bagaimana mengubah paradigma masyarakat tentang hewan berdarah dingin ini," kata dia.

Selama ini masyarakat cenderung melihat reptil sebagai hewan menyebalkan, menakutkan, bahkan menjijikkan. Namun, komunitas debar berupaya menjadikan satwa tersebut bisa bersahabat dengan manusia.

"Paradigma tersebut nantinya kami fokuskan untuk memberikan edukasi bagi anak-anak usia dini sehingga mereka bisa menjaga dan melindungi satwa maupun lingkungan," kata dia.


Baca juga: BBKSDA lepaskan 25 ekor satwa dilindungi hasil sitaan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019