Jayapura (ANTARA) - Dewan Adat Wilayah Saireri Daerah Yapen mendukung Jhon Banua Rouw memimpin Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) periode 2019-2024.

"Kami ingin mengatakan bahwa Jhon Banua Rouw adalah anak yang berasal dari Yapen," kata Ketua Dewan Adat Wilayah Saireri Daerah Yapen Onesimus Wayoi saat berada di Kota Jayapura, Papua, Selasa.

Onesimus yang didampingi, Ketua Dewan Adat Suku 3W yakni Wonda, Wondei, Wonawa Yapen Barat Firts Bernard Bisay dan Ketua Dewan Adat Suku Yawa Onate, David Barangkea menegaskan bahwa status yang dimiliki oleh politisi John Banua Rouw tidak perlu dipersoalkan karena sudah diakui sebagai anak asli Yapen.

"Jhon memiliki garis keturunan keret atau marga Rouw dari sang nenek. Sehingga layak untuk menjadi Ketua DPRP karena memiliki garis keturunan," katanya.

Status Jhon Rouw itu, kata dia, bukan diadopsi atau diangkat atau dikukuhkan tetapi ini diakui berdasarkan garis silsilah.

"Pada saat pengakuan saya sebagai pimpinan adat Yapen menginstruksikan kepada Kepala Suku 3W untuk menelusuri silsilah keturunan dari saudara Jhon ini. Dan kita juga sudah mendengar penjelasan secara detail dari keret Rouw tentang silsilah itu sampai pada titik John Rouw," katanya.

Ia menerangkan tatanan adat Yapen memiliki filosofi yang menganut paham Maniwowi yang berarti persahabatan atau kekerabatan, sehingga tidak pantas untuk dipersoalkan dan seharusnya saling menghormati dan menghargai komunitas masyarakat lain yang hidup di atas Tanah Papua.

Lebih lanjut dia jelaskan bahwa Konferensi Dewan Adat Yapen kedua Tahun 2017, sudah ditetapkan status komunitas masyarakat yang ada di Kepulauan Yapen.

"Itu ada lima kategori, yang pertama bapa mama orang asli papua, yang kedua bapa papua mama non papua dan itu diakui dari garis patrineal, dan mama papua bapa non-Papua, kemudian yang nenek Papua atau tete (kakek) Papua itu sama dengan statusnya Jhon Rouw, serta mereka yang sudah datang mengabdi dan berkarya di tanah adat Yapen selama bertahun-tahun," jelas Onesimus.

David Barangkea menyampaikan bahwa tidak seharusnya status Jhon Banua Rouw dipersoalkan karena legitimasi sudah sah sejak, dulu sebagai anak Yapen.

"Siapapun dia jika memiliki keturunan suku Yapen maka dia adalah bagian dari anggota keluarga. Kita tidak perlu saling menjatuhkan untuk masalah ini. Kalau ada hubungan darah di situ, entah dari mama atau siapapun berarti dia itu ipar kita. Dan itu adalah budaya yang harus kita jaga dan itu adalah kehendak Tuhan," kata David.

Sementara, Frits Bernard Bisay mengaku bahwa pernah bersama-sama dengan kakek dan nenek dari Jhon Banua Rouw pada kurun waktu tahun 1959-1960-an.

"Pada waktu itu, saya ada di Woi dan saya makan minum hidup dengan tete neneknya John ini. Kami punya hubungan darah dan menurut saya sebagai ketua adat tidak mungkin keliru karena kami tahu adat," katanya.

"Kita tidak perjual belikan itu, kalau ada yang menganggap itu sama saja dengan pelecehan terhadap kami 3W. Kami sesungguhnya bukan adopsi atau mengangkat tapi kami mengakui sebab kami memang punya hubungan darah," katanya menegaskan.

Belakangan ini, publik di Papua dihebohkan soal siapkah yang pantas duduk menjadi ketua DPRP periode 2019-2024. Nama Jhon Banua Rouw, salah satunya yang dipersoalkan karena dinilai belum mewakili orang asli Papua karena garis keturunan nenek.

Namun dari NasDem, partai pengusung telah memberikan signal bahwa Jhon Banua Rouw, adalah salah satu kader dan putra asal Yapen yang akan memimpin DPRP untuk lima tahun ke depan karena dinilai memiliki suara terbanyak dalam partai tersebut.

Baca juga: Politisi : Kursi pimpinan DPRP ranah partai

Baca juga: Biak tunggu juknis pendaftaran 14 anggota DPRP Otsus

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019