400 tahun silam masyarakat Ekuador belajar menenun tenun ikat dari nenek moyang di NTT
Kupang (ANTARA) - Ibu negara Ekuador, Madame Rocio de Morino mengunjungi stan Indonesia untuk melihat secara langsung keterampilan perajin asal NTT dalam menenun tenun ikat tradisional, kata Kepala Biro Humas dan Protokol, Setda Nusa Tenggara Timur, Marius Jelamu.

"Suatu kehormatan yang luar biasa dimana ibu negara Ekuador datang mengunjungi stan pameran Indonesia hanya untuk melihat bagaimana ibu-ibu dari NTT menenun kain tenun ikat tradisional," kata Marius Jelamu ketika menghubungi ANTARA di Kupang, Senin.

Ia mengatakan, dalam pameran tenun dan kerajinan rakyat se-Amerika Selatan yang berlangsung di Ekuador, pemerintah Indonesia juga ikut mengambil bagian dengan mengikutsertakan pengrajin tenun ikat asal NTT dalam pameran berskala internasional ini.

Dikatakannya, ibu negara Ekuador Madame Rocio de Marino didampingi Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrino Laiskodat sempat melihat secara langsung bagaimana perajin asal NTT menenun tenun ikat tradisional dalam pameran yang diikuti berbagai negara itu.

 Baca juga: Puluhan penenun ikut ramaikan Parade 1001 Kuda Sandelwood


Ia mengatakan, Madame Rocio de Marino menyatakan kekagumannya atas tenun ikat NTT yang pewarnaanya berasal dari akar-akar pohon dan memiliki mutu yang tinggi.

Menurut dia, selama kegiatan pameran berlangsung banyak pengunjung dari berbagai negara mendatangi stan pameran NTT untuk melihat berbagai aneka tenun ikat karya pengrajin asal provinsi berbasis kepulauan ini.

Dalam pameran yang berlangsung di Ekuador, NTT mengikutsertakan empat penenun yaitu satu penenun dari Kabupaten Flores Timur, satu dari Sikka serta dua orang dari Boti, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

"Masyarakat Ekuador juga memiliki budaya menenun, bahkan 400 tahun silam masyarakat Ekuador belajar menenun tenun ikat dari nenek moyang di NTT," kata Marius Jelamu. * 


Baca juga: Festival Sarung NTT akan diramaikan 10.000 peserta
 

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019