Lebak (ANTARA News) - Anak putus sekolah di Kabupaten Lebak, Banten, terpaksa menjadi pemulung barang-barang bekas untuk membantu ekonomi keluarga. "Sehari kami bisa membawa uang Rp10 ribu untuk membantu orangtua membeli beras di rumah," kata Juli (12) warga Cimesir, Desa Rangkasbitung Timur, Kecamatan Rangkabitung, Kabupaten Lebak, Sabtu. Dia mengatakan, sejak berhenti sekolah di kelas III SDN I Rangkasbitung Timur dirinya sehari-hari memungut barang-barang bekas seperti plastik, bekas minuman mineral, besi, kardus dan kertas. Setiap hari ia mencari barang bekas ke kantor- kantor di sekitar Pasir Ona Rangkasbitung dan pemukiman penduduk. "Hasil memungut itu bisa membantu ekonomi keluarga sehari-hari," katanya. Apalagi, orangtuanya bernama Aswari dan ibunya Edah sudah tidak bekerja lagi dan sering sakit-sakitan, sehingga dirinya menjadi tulang punggung orangtua. Menurut dia, jika dirinya sehari tidak bekerja memulung barang bekas keluarga di rumah kesulitan ekonomi, bahkan belum lama ini orangtua tak mampu membeli beras. "Saya kerapkali tidak makan nasi karena orangtua tidak mampu beli beras," katanya. Dia menyebutkan, dirinya ingin meneruskan sekolah hingga tamat SD. Akan tetapi, orangtua melarangnya karena tak mampu membiayai pendidikan. "Kalau kami sekolah orangtua tak mampu membeli pakaian seragam serta buku dan sepatu," ujar Juli saat memungut barang bekas di Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak. Begitu pula Yudi (12) warga Jati Mulya, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan, dirinya terpaksa berhenti sekolah kelas IV karena orangtua tak mampu membiayai pendidikanya. Oleh karena itu, ia sehari-hari memungut barang-barang bekas bersama teman-teman di Kota Rangkasbitung. "Sehari kami bisa mendapatkan uang Rp15 ribu. Uang sebesar itu sebagian dibelikan beras untuk keluarga di rumah," katanya. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, saat ini angka partisipasi kasar (APK) tingkat SD mencapai 108 persen, SMP 83, 49 persen dan SMA 27, 63 persen. Sedangkan angka partisipasi murni (APM)) tingkat SD mencapai 94,86 persen, SMP 63,57 persen dan SMA 20,51 persen. "Saya akan bekerja keras menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun hingga tahun 2009 nanti," kata kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Damanhuri Memed.***2*** PK-MSR (U.PK-MSR/C/E001/E001) 06-09-2008 16:22:17 NNNN

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008