Jakarta (ANTARA) - Pelatih timnas Italia Roberto Mancini menyatakan dia hanya akan memanggil Mario Balotelli jika pemain ini memang layak karena alasan sepak bola, bukan karena pesan melawan rasisme.

Balotelli, yang tidak pernah lagi bermain untuk timnas Italia sejak September 2018, menendang bola ke arah penonton lawan dan mengancam meninggalkan lapangan setelah menjadi sasaran pelecehan rasis dari penonton ketika Brescia melawan Hellas Verona dalam pertandingan Seria A belum lama bulan ini.

"Ketika saya memanggil Mario Balotelli, itu karena dia memang pantas masuk, bukan karena warna kulitnya," kata Mancini dalam konferensi pers seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Pelaku aksi rasial kepada Mario Balotelli dapat hukuman "super" berat

"Saya kenal sekali Mario dan saya suka dia. Ingat, sayalah yang membawa Mario ketika masih anak kecil dulu, jadi saya mengenal sekali dia."

Presiden federasi sepak bola Italia Gabriele Gravina mengatakan pekan lalu bahwa memanggil Balotelli dalam skuat timnas akan menjadi pesan yang kuat dalam melawan rasisme, tetapi Mancini menganggap pemain itu belum membuktikan banyak di lapangan sampai pantas dipanggil masuk timnas.

Baca juga: Sterling dikeluarkan dari skuat setelah cekcok lagi dengan Gomez

"Anda boleh satu pandangan dengan presiden federasi sepak bola Italia, tetapi Anda harus paham bahwa seandainya Balotelli diberi kesempatan, itu karena dia memang pantas mendapatkannya dari sudut pandang teknik," sambung Mancini.

Rasisme menjadi masalah akut di Serie A beberapa bulan belakangan.

Striker Inter Milan Romelu Lukaku dihina oleh pendukung Cagliari September silam dan sebuah pertandingan sempat dihentikan sejenak ketika bek Fiorentina Dalbert mengaku telah dihina secara rasis oleh pendukung Atalanta.

Italia sudah memastikan lolos ke putaran final Piala Eropa tahun depan, namun kemenangan atas Bosnia Herzegovina Jumat ini akan membuat mereka mencatat 10 kali menang berturut-turut.

Baca juga: Baru dipanggil timnas Spanyol, Adama Traore malah mengundurkan diri

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019