Banda Aceh (ANTARA News) - Sekawanan gajah sumatera (Elephants maximus sumatranus) yang mengobrak-abrik tanaman pertanian dan perkebunan masyarakat dalam wilayah Kemukiman Pantee Purba/Ligan, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, sejak sebulan lalu hingga kini dilaporkan belum teratasi. "Sejak kawanan satwa liar dilindungi itu hadir di daerah ini, sekitar akhir Agustus 2008, hektaran tanaman perkebunan dan pertanian rakyat telah rusak diobrak-abriknya," kata Abdul Hakim, salah seorang petani Pantee Purba/Ligan kepada ANTARA di Banda Aceh, Sabtu. Kawanan gajah yang berjumlah sekitar 13 ekor itu hingga kini bertahan, di antara di pinggir Desa Ie Jeureungeh dan pinggir hutan lokasi transmigrasi SP-V Patek dari jarak jelajah antara lima dan enam kilometer. "Upaya pengusiran secara tradisional sudah kami lakukan, seperti membuat bola api, namun tidak berhasil," tambahnya. Kawanan gajah tersebut bertahan di daerah itu karena terdapat banyak makanan, seperti daun-daunan, umbut-umbut muda berbagai jenis palma tanaman merambat atau rumputan, tanaman pisang rakyat dan jagung sebagai makanan paling digemarinya. Sebelumnya Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Ir. Andi Basrul menyatakan gajah sumatera sama halnya dengan gajah lain Asia tidak tahan panas matahari serta akan keluar dari alam habitatnya ketika ketenangan hidupnya terganggu suara bising. Pada saat cuaca matahari panas, gajah sumatera akan mencari naungan di tengah hutan lebat, kadang-kadang mengunjungi sungai atau kolam untuk berendam karena gajah juga senang mandi lumpur untuk mempertebal lapisan kulit untuk mencegah gigitan serangga. "Kawanan gajah akan turun mencari makanan hingga menyerang tanaman penduduk karena ketenangan hidup di alam habitatnya terusik, terutama mengikuti jalur jelajah lama sambil mencari makanan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008