Jakarta (ANTARA News) - PT. Wijaya Karya Tbk secara resmi pada akhir pekan ini memiliki anak usaha PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (Wika Gedung) yang akte pendiriannya ditandatangani Jumat kemarin (24/10). "Kami mengharapkan penjualan (omzet) Wika Gedung dapat memberi kontribusi nomor tiga setelah anak perusahaan lainnya," kata Direktur Utama Wika, Bintang Perbowo di Jakarta, Minggu. Penandatangan akta dilaksanakan pemegang saham, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., selaku pemegang saham mayoritas, yang diwakili Direktur Utama Bapak Bintang Perbowo dan Koperasi Karyawan (Kokar) Wika yang diwakili Saparyadi, Puji Hariadi dan Imam Sudiyono selaku pengurus, di hadapan notaris Imas Fatimah. Pendirian anak perusahaan Wika Gedung merupakan pengembangan dari Sub Bisnis Unit (SBU) Departemen Bangunan Gedung, sesuai dengan rencana strategis PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., setelah melalui persetujuan RUPS dan Komisaris. Wika Gedung yang fokus bisnisnya pada gedung-gedung high rise building berdiri dengan Modal dasar sebesar Rp200 miliar, serta modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 50 miliar. Komposisi pemilikan saham oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebesar 99 persen dan Koperasi Karyawan Wika, sebesar 1 persen. Jumlah saham 50 ribu lembar, dengan nilai nominal Rp 1 juta per saham. Kehadiran Wika Gedung menggenapi tiga perusahaan anak sebelumnya yakni, Wika Realty, Wika Intrade, dan Wika Beton. "Kami berharap dengan dijadikannya Wika Gedung sebagai entitas tersendiri, gerak langkah dan pengambilan keputusan dalam rangka perolehan proyek menjadi lebih ringkas dan cepat. Sehingga akan memperkuat kinerja fundamental Wika selaku perusahaan induk," kata Bintang. Wika juga berharap akan tercipta efisiensi pengerahan SDM, peralatan dan keuangan dengan melihat spek pekerjaan gedung yang lebih khusus dari pada pekerjaan sipil, sehingga lebih fokus untuk menghadapi kompetitor. Efisiensi ini dipandang akan meningkatkan posisi tawar dan nilai positif untuk mewujudkan layanan terbaik. "Inilah mengapa restrukturisasi modal dengan pembentukan Wika Gedung menjadi langkah yang penting dan strategis. Kami menargetkan Wika Gedung dapat meningkatkan kinerja penjualan dengan pertumbuhan rata-rata 21,4 persen per tahun, dengan laba dan omset mencapai posisi 3 besar di Indonesia," jelas Bintang. Harga saham Wika relatif tertahan dibandingkan saham-saham BUMN lainnya kecuali saham farmasi, ini didukung oleh kepercayaan pasar kepada kinerja fundamental Wika. Wika ditutup di 180 dengan volume yang cukup tinggi, yaitu Rp6,76 milyar dengan total 913 kali transaksi dan 37,15 juta lembar saham berpindah tangan atau menunjukkan saham Wika yang tidak terkena auto reject. Saham Wika sempat dibuka menguat (1 dari 16 saham), yaitu pada harga Rp198. Pada 2 hari sebelumnya, Wika ditutup positif, dan menjadi satu-satunya saham BUMN yang ditutup menguat. Sementara pada hari Jumat (24/10), Wika masih mampu ditutup bertahan, sama dengan harga penutupan hari sebelumnya, Rp197, di tengah penurunan massive yang terjadi di hampir semua saham termasuk saham-saham BUMN. Selama bulan ini, asing telah mengumpulkan saham Wika sebesar Rp2,17 milyar (net buy), padahal di saham-saham perusahaan konstruksi lainnya asing melakukan net sell. Perdagangan terakhir saham Wika termasuk top ten yang volume transaksinya tertinggi (37,15 juta lembar), tepatnya nomor 8, dengan nilai transaksi di BEI tipis yaitu Rp1,5 triliun.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008