Cuaca ekstrem diprediksi terjadi hingga akhir Januari, bahkan masuk ke puncaknya di Februari sehingga perlu dilakukan berbagai tindakan pencegahan
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan melakukan perluasan wilayah untuk penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) khususnya di luar daerah Jabodetabek sebagai salah satu upaya mitigasi bencana.

"Kita sudah lakukan di Jabodetabek dan menunjukkan hasil signifikan. Ke depan dapat pula kami lakukan di luar Jabodetabek secara berkesinambungan," kata Kepala BPPT Hammam Riza di Jakarta, Selasa.

Baca juga: TMC mampu reduksi intensitas hujan hingga 40 persen, sebut BPPT

Perluasan wilayah untuk penerapan TMC tersebut di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur serta berbagai daerah lain yang memang membutuhkan teknologi tersebut.

Apalagi informasi dari BMKG menyampaikan bahwa cuaca ekstrem diprediksi tidak hanya terjadinya di wilayah Jabodetabek, melainkan Indonesia secara umum.

Baca juga: BNPB-BPPT tebarkan 25,6 ton garam untuk modifikasi cuaca

"Cuaca ekstrem diprediksi terjadi hingga akhir Januari, bahkan masuk ke puncaknya di Februari sehingga perlu dilakukan berbagai tindakan pencegahan," ujar dia.

Pencegahan yang dimaksud ialah terutama terkait intensitas hujan di wilayah daratan dengan menggunakan TMC untuk menyemaikan garam. Hal ini dinilai mampu mempercepat hujan sehingga dapat turun di wilayah perairan.

Baca juga: Tangani banjir, BNBP-BPPT-TNI manfaatkan teknologi modifikasi cuaca

"Untuk terkait pendanaan dalam perluasan TMC, Insya Allah cukup untuk menjangkau daerah lain," kata dia.

Penerapan perluasan tersebut nantinya bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, pemerintahan daerah serta pihak-pihak terkait lainnya.

Sejauh ini, BPPT bersama dengan BNPB telah menebarkan sebanyak 25,6 ton atau 25.600 kilogram NaCl atau garam selama operasi TMC pada 3 hingga 6 Januari 2020 untuk mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek.

Penebaran garam dilakukan melalui 16 sortie penerbangan yakni menggunakan pesawat CN-295 dan CASA 212-200 yang masing-masing melakukan delapan sortie penerbangan. Untuk CN-295 mampu mengangkut 2,4 ton dan CASA 212-200 membawa sekitar 800 kilogram garam dalam satu sortie penerbangan.

Dengan pemanfaatan TMC tersebut, hujan berhasil turun di wilayah perairan sehingga intensitas yang masuk di daerah Jabodetabek atau daratan dapat berkurang.

"Awalnya kami menyetok 22 ton garam, namun ternyata penggunaannya hingga kini melebihi dari jumlah itu. Ke depan kita akan terus menyediakan stok baru lagi secara terus-menerus," kata dia.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020