Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin memimpin rapat terbatas di Kantor Wapres Jakarta, Kamis, terkait pengembangan Lima Destinasi Super Prioritas di Indonesia untuk meningkatkan daya tarik dan ekonomi kreatif.

Rapat dimulai pukul 10.22 WIB dengan dihadiri antara lain Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, Menteri Komunikasi Johnny G. Plate, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Saat membuka rapat, Wapres Ma’ruf Amin meminta langkah-langkah pengembangan destinasi wisata tersebut memperhatikan aspek ekonomi rakyat dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi wisata tersebut.

“Perlunya meningkatkan sumber daya dan masyarakat sekitar daerah pariwisata dalam memberikan pendampingan dan pembinaan dalam menyediakan fasilitas, akomodasi dan kuliner,” kata Wapres Ma’ruf Amin di Jakarta, Kamis.

Dengan melibatkan masyarakat setempat, Wapres berharap usaha mikro, kecil dan menengah dapat turut mengembangkan desa wisata di daerah wisata super prioritas.

“Menjadi penting juga peran serta UMKM dalam menggerakkan potensi desa wisata. Itu perlu didukung dalam pendampingan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan,” jelasnya.

Selain itu, Wapres juga meminta pengembangan daerah wisata super prioritas tersebut memperhatikan aspek lingkungan hidup dan ekosistem.

Lima destinasi wisata super prioritas merupakan bagian dari program 10 Bali Baru, yang diharapkan dapat mendongkrak popularitas daerah-daerah wisata selain Pulau Bali.

Lima destinasi wisata super prioritas tersebut adalah Danau Toba, Likupang, Mandalika, Labuan Bajo dan area Borobudur-Prambanan-Ratu Boko.

Baca juga: Airnav tingkatkan layanan di lima destinasi wisata super prioritas

Baca juga: Menparekraf tinjau destinasi super prioritas Mandalika dan Labuan Bajo

Baca juga: KEK Pariwisata Likupang ditetapkan destinasi super prioritas

Baca juga: Danau Toba akan punya wisata glamorous camping senilai Rp500 miliar


Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020