Jakarta (ANTARA) - Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan ketepatan prediksi BMKG menjadi kunci kesuksesan pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dalam mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek sebagai upaya penanggulangan banjir di kawasan itu.

"Jadi semakin presisi prediksinya, kita semakin mudah melaksanakannya karena ancamannya makin jelas, sehingga begitu ancamannya berkurang maka mengukur keberhasilannya makin mudah," kata Seto dalam forum diskusi terfokus "Penguatan Ekosistem TMC Mitigasi Banjir Jabodetabek" di Gedung BPPT, Jakarta, Jumat.

Operasi TMC pada Jumat (24/1) pagi hingga menjelang siang hari tidak berhasil dilakukan karena hujan yang terus menerus sejak pagi sehingga persiapan belum selesai.

Baca juga: BPPT: Operasi TMC kurangi curah hujan hingga 44 persen

"Rencananya hari ini kita mau all out dan sudah mulai kemarin karena prediksinya 23 Januari sampai 25 Januari 2020 itu sangat besar curah hujannya. Tapi kita akan tunggu terus, begitu ada kesempatan kita langsung terbang," tuturnya.

Seto menuturkan begitu hujan reda, penerbangan dapat segera dilakukan jika kondisi memungkinkan.

Dia mengatakan berkurangnya curah hujan yang jatuh di wilayah Jabodetabek merupakan tujuan dari pelaksanaan modifikasi cuaca tersebut. Dengan TMC, diharapkan hujan turun sebelum mencapai wilayah Jabodetabek.

"Prediksi jadi sangat penting di sini. Kalau prediksinya bagus, ancamannya jelas, kita terbangnya jelas, hasilnya juga jelas terukur. Prediksi hari ini katakanlah hujan 50 mm prediksi bagus kita terbang tinggal 30 mm maka 20 mm hasilnya TMC itu 'clear' (jelas) mudah diukur," ujarnya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mempercepat penurunan hujan dapat berjalan berhasil dengan dasar prakiraan cuaca yang tepat.

Baca juga: TNI AU taburkan 4,8 ton garam ke awan cumulus

"TMC berhasil karena prediksi BMKG tepat. Kalau prediksi salah, TMC nembaknya (nabur garam) bisa salah," kata Dwikorita.

Presisi prakiraan BMKG masih 80-85 persen, namun prediksi itu menjadi dasar dilakukan operasi TMC. Dalam memprakirakan cuaca, BMKG tidak hanya menggunakan satelit tapi juga radar yang bisa melihat lebih dekat kondisi cuaca di Tanah Air sehingga diperoleh profil cuaca dengan prakiraan yang lebih akurat.

Dari hasil pengamatan tersebut, dilakukan modeling cuaca dan verifikasi terhadap ribuan data-data lokal, sehingga akhirnya mencapai prakiraan yang tepat.

Untuk melakukan penaburan garam atau NaCl pada awan yang akan disemai, maka tim TMC akan melihat prediksi cuaca pada hari itu sehingga dapat diketahui informasi antara lain terkait lokasi bibit-bibit awan, kecepatan dan arah angin serta sebaran awan.

Dengan prakiraan tersebut, pesawat dapat menjangkau awan dengan rute yang tepat dan tidak sampai membahayakan nyawa karena adanya hasil pengamatan dari radar cuaca. Jika arah dan kecepatan angin tertentu dari sisi A, maka dapat ditentukan strategi yang tepat untuk mencapai bibit awan.

Untuk melakukan proses pengamatan cuaca, BMKG didukung peralatan antara lain 41 radar, 113 stasiun cuaca, 102 upper air station, 14 stasiun maritim, lebih dari 1.200 automatic weather station dengan hasil resolusi spasial 3 km persegi.

Kegiatan TMC dinilai sangat penting dalam rangka upaya jangka pendek mengatasi persoalan cuaca ekstrem.

Baca juga: BPPT akan perluas TMC di luar Jabodetabek
Baca juga: TMC mampu reduksi intensitas hujan hingga 40 persen, sebut BPPT
Baca juga: BNPB-BPPT tebarkan 25,6 ton garam untuk modifikasi cuaca




***3***
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020