Kalau kita bisa melakukan itu maka setengah dari dunia dari segi penduduk, 40 persen dari perdagangan dan investasi, maupun PDB dunia. Jadi itu sangat berarti
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Mari Elka Pangestu mengatakan Indonesia perlu memperkuat integrasi perdagangan regional untuk mengantisipasi dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Mari menuturkan Indonesia memiliki kesempatan yang luas untuk menghilangkan hambatan arus perdagangan antarnegara karena merupakan anggota dari Association of Southeast Asia Nations atau ASEAN.

“Sebagai anggota ASEAN kita punya peran antara kita dengan ASEAN dan ASEAN dengan enam negara yang menjadi mitra dagang kita,” katanya saat berkunjung ke Kantor Berita Antara, Jakarta, Selasa.

Tak hanya itu, Mari juga menyebutkan integrasi akan semakin kuat melalui perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) antara ASEAN dengan enam mitra dagangnya yakni China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

“Jadi antara kita harus terus melakukan pembukaan integrasi antara Indonesia di ASEAN,” ujarnya.

Mari yang pernah menjadi anggota dewan pembina Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menjelaskan jika penguatan integrasi itu tercapai maka Indonesia dapat memiliki akses terhadap 40 persen dari perdagangan dan investasi global.


Baca juga: Mari Pangestu prediksikan ekonomi global akan membaik pada 2020
Baca juga: Kadin paparkan dua peluang Indonesia terkait perang dagang


“Kalau kita bisa melakukan itu maka setengah dari dunia dari segi penduduk, 40 persen dari perdagangan dan investasi, maupun PDB dunia. Jadi itu sangat berarti,” tegasnya.

Mari yang resmi menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia menyatakan melalui integrasi perdagangan regional itu Indonesia juga akan mampu meningkatkan investasi dan ekspor manufaktur.

“Kita harus bisa meningkatkan ekspor di manufaktur dan harus bisa menjaga iklim perdagangan dunia,” ujarnya.

Ia melanjutkan, Indonesia juga harus meningkatkan perannya dalam organisasi dan forum internasional lain seperti Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan G20 terutama untuk mendorong reformasi World Trade Organization (WTO).

Hal tersebut berkaitan dengan perang dagang antara AS dan China yang diproyeksikan masih akan berlanjut pada tahun ini meskipun telah ada kesepakatan perdagangan fase satu pada akhir Desember 2019 lalu.

“Kita harus berperan misal di APEC dan G20 untuk mendorong reformasi WTO yang perlu dilakukan karena menurut AS banyak titik-titik lemahnya,” tegasnya.

Mari menegaskan langkah yang seharusnya diambil adalah memperbaiki WTO agar tetap relevan untuk situasi sekarang seperti terkait sengketa maupun berbagai isu baru yang menurut AS belum masuk dalam perjanjian tersebut.

“Jadi jangan mematikan WTO. Kita cari langkah-langkah untuk memperbaiki WTO sehingga tetap relevan untuk sekarang seperti terkait subsidi industri, transfer teknologi dan persaingan teknologi,” katanya.

Baca juga: Mari Pangestu sebut virus corona berpotensi pengaruhi perdagangan
Baca juga: Mari menuju Bank Dunia

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020