Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta para dai di Indonesia untuk mengambil peran dalam mengatasi persoalan radikal terorisme di dalam negeri lewat penyampaian dakwah agama Islam yang membawa kesejukan.

"Saya juga harap, mohon bantuan para dai, untuk ikut menanggulangi radikalisme. Radikalisme yang kita maksud tentu radikalisme yang negatif, makanya kita menyebutnya radikal teorisme, radikal yang mengarah kepada soal terorisme," kata Ma'ruf Amin saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) di Istana Wapres Jakarta, Senin.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin berpesan agar dai sampaikan ceramah damai

Wapres Ma'ruf mengatakan Pemerintah menganggap penanggulangan radikal terorisme menjadi isu penting yang harus dikerjakan oleh seluruh pihak karena mengganggu ketenangan dan stabilitas keamanan di dalam negeri.

Menurut Wapres, peran dai menjadi penting, karena radikalisme bermula dari pola pikir yang terlalu fanatik dalam menjalankan ajaran agama dan menganggap kelompok lain salah, sehingga berdampak pada perbuatan teror.

Baca juga: Wapres Ma'ruf minta pendakwah turut redakan kepanikan Covid-19

"Sebenarnya radikalisme itu bermula dari pemahaman yang tidak toleran, pemahaman yang menganggap orang lain itu salah, sesat, bahkan kafir. Jadi kelompok ini kita sebut sebagai ego kelompok, fanatisme kelompok; yang lain itu (menurut orang radikal) adalah salah, semua salah, bahkan kafir," katanya.

Oleh karena itu, Wapres Ma'ruf menilai kesamaan berpikir umat Islam dalam menghargai perbedaan pendapat dalam beragama perlu diterapkan, yang dimulai dari penyebaran dakwah oleh para dai.

Baca juga: Wapres: Radikalisme dan Islamophobia berpotensi konflik

"Pentingnya membangun kesamaan berpikir, bahwa dalam hal perbedaan pendapat harus ditoleransi atau dalam bahasa agama disebut ikhtilaf. Dalam agama (Islam) saja sudah diajarkan lakum dinukum waliyadin. Ukhuwah lebih kita utamakan, saya kira ini menurut saya penting peran dai dalam masyarakat," kata Wapres Ma'ruf.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020