Beijing (ANTARA News) - Perbedaan ideologi antara Indonesia dengan China tidak menghambat berbagai bentuk kerja sama militer antara kedua negara dan bahkan bentuk kerja sama akan makin ditingkatkan. "Adanya perbedaan ideologi kedua negara tidak menjadi hambatan kerja sama militer kedua negara," kata Direktur Analisa Lingkungan Strategis (Diranlingstra) Dephan Brigjen TNI Subekti, di Beijing, Senin. Hal tersebut dikemukakan ketika menghadiri Dialog Perwira Tinggi Pertahanan China-ASEAN yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Militer (AMS) China dan dihadiri antara lain oleh Atase Pertahanan RI di Beijing Kolonel Infantri Yayat Sudrajat serta sejumlah perwira tinggi militer China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Kedua negara selama ini sudah tidak lagi mempermasalahkan masing-masing ideologi yang dianut, sekalipun paham komunisme pernah menjadi "sejarah kelam" bagi Indonesia. Menurut Subekti, kerja sama militer dengan China saat ini mengarah pada kepentingan untuk memberi keuntungan dan kebersamaan kedua negara sehingga Indonesia dan China bisa sejahtera serta aman dan damai. "Perbedaan ideologi tidak menjadi dasar atau tidak menjadi bagian utama sebagai kendala dalam menjalin kerjasama militer ke depan," kata Subekti. Tidak menjadi masalah adanya perbedaan ideologi kedua negara khususnya dalam bentuk kerjasama militer, antara lain terbukti dengan telah ditandatanganinya kesepakatan saling pengertian (MoU) antara RI dan China oleh masing-masing menteri pertahanan pada 2007, di Beijing. Masing-masing negara, katanya, tentunya memiliki ideologi sendiri-sendiri yang cocok untuk negaranya tapi belum tentu cocok untuk negara lain. "Ideologi komunis cocok di China tapi Pancasila cocok di Indonesia. Jadi adanya perbedaan ideologi bukan suatu hambatan bagi kerjasama militer kedua negara," kata Subekti.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009