Kondisi sangat berbeda dengan Amerika Serikat tapi BI juga akan mengoptimalkan bauran kebijakan lain
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai masih ada ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk melakukan penurunan suku bunga acuan sebagai salah satu alat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

“Masih ada ruang sekitar 25 basis poin tapi mungkin bukan bukan di bulan depan, tinggal timing saja,” katanya dihubungi di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, pemangkasan suku bunga acuan tidak hanya dilakukan oleh Indonesia namun sejumlah negara termasuk Amerika Serikat.

Bahkan, The Fed, bank sentral di negeri yang dipimpin Donald Trump itu memangkas suku bunga acuan sebesar 100 poin menjadi antara 0-0,25 persen.

Terkait dengan langkah agresif itu, Josua menilai BI tidak perlu melakukan hal tersebut karena kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Indonesia berbeda.

“Kondisi sangat berbeda dengan Amerika Serikat tapi BI juga akan mengoptimalkan bauran kebijakan lain, jadi tidak semata suku bunga acuan saja,” katanya.

Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira juga menilai BI masih memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran moneter.

“Kalau bisa langsung 50 basis poin jadi ada sinyal ke pasar terkait langkah kebijakan moneter yang berani,” katanya.

Ia juga mendorong BI untuk lebih banyak memborong surat berharga negara (SBN) sebagai salah satu bagian dari tiga intervensi, meski Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut sudah membeli SBN yang dilepas investor asing mencapai Rp195 triliun.

“Mungkin diperbesar lagi pembelian SBN di pasar sekunder karena 38 persen kepemilikan asing di SBN itu cukup tinggi,” katanya.

Ia mengungkapkan dua faktor yang mendorong rupiah melemah yakni aksi jual di pasar sagam yang memicu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok bahkan di bahwa 4.000 dan kedua, besarnya kepemilikan asing di sisi pasar surat utang.

Sementara itu, nilai tukar rupiah masih melemah pada akhir pekan ini yang mendekati Rp16.000 per dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 47 poin atau 0,3 persen menjadi Rp15.960 per dolar AS dari sebelumnya Ro15.913 per dolar AS.

Baca juga: BI dorong percepatan transmisi penurunan suku bunga kredit perbankan
Baca juga: Ekonom sebut penurunan bunga langkah tepat antisipasi ketidakpastian


Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020