Kami tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, dan menjalankan penugasan pemerintah untuk memproduksi dan mendistribusikan pupuk bersubsidi
Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (Persero) terus meningkatkan penetrasi pasar ke sektor komersial atau nonsubsidi dengan realisasi penjualan pupuk sepanjang 2019 mencapai 111,61 persen melebihi rencana awal.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan penjualan pupuk ke sektor komersil mencapai 3,87 juta ton atau setara 11,61 persen di atas target RKAP. Capaian tersebut juga termasuk dengan penjualan ekspor sebesar 2.053.035 ton pada tahun 2019 atau 38,81 persen di atas target.

Aas menegaskan ekspor hanya dilakukan bila kebutuhan dan stok dalam negeri sudah terpenuhi.

"Kami tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, dan menjalankan penugasan pemerintah untuk memproduksi dan mendistribusikan pupuk bersubsidi," kata Aas di Jakarta, Jumat.

Aas menyebutkan pencapaian penjualan urea di sektor komersil dan ekspor lebih tinggi dari rencana karena perseroan berhasil menjaga daya saing, memanfaatkan tingginya permintaan, dan momentum harga yang kompetitif di pasar internasional.

Baca juga: Pupuk Indonesia catat rekor produksi tertinggi 11,8 juta ton

Kendati demikian, lanjut Aas, sepanjang 2019 kondisi pasar petrokimia internasional dalam kondisi yang kurang baik, ditandai dengan menurunnya harga komoditas amoniak dan urea.

Harga jual amoniak internasional berada pada kisaran 211-330 dolar AS per ton, turun signifikan dibandingkan tahun 2018 yang berada pada kisaran 270-375 dolar AS per ton.

Di sisi lain harga jual urea internasional berada pada kisaran 234-290 dolar AS per ton, merosot dibandingkan tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 244-353 dolar AS per ton.

Sepanjang 2019 Pupuk Indonesia berhasil catatkan performa keuangan positif di atas target RKAP. Total pendapatan usaha sepanjang 2019 mencapai Rp71,31 triliun.

Sementara itu perolehan laba tahun berjalan sebesar Rp3,71 triliun atau setara 103,01 persen dari target RKAP tahun 2019 sebesar Rp3,60 triliun.

Baca juga: Kebutuhan subsidi tercukupi, ekspor Pupuk Indonesia capai 843.072 ton

Beban keuangan perusahaan pada 2019 tercatat lebih rendah dari rencana karena perusahaan melakukan pelunasan pembayaran pinjaman jangka pendek dan jangka panjang berkat adanya pembayaran piutang subsidi sebesar Rp9,7 triliun.

Faktor lainnya, menurut Aas, adalah adanya peningkatan kinerja dari anak-anak perusahaan non-pupuk antara lain PT Rekayasa Industri, PT Pupuk Indonesia Energi, PT Mega Eltra, PT Pupuk Indonesia Logistik, dan PT Pupuk Indonesia Pangan.

Total aset per 31 Desember 2019 mencapai Rp135,55 triliun atau 100,96 persen dari target RKAP. Sementara itu perusahaan mencatatkan penurunan total liabilitas menjadi Rp63,80 triliun atau 97,26 persen dari target RKAP dan 87,55 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.

Penurunan liabilitas disebabkan adanya pembayaran sebagian pinjaman jangka panjang perusahaan dan yang berasal dari pembayaran piutang subsidi oleh pemerintah dan kas internal perusahaan. Di sisi lain, total ekuitas naik Rp5,72 triliun dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp71,75 triliun.

"Di tahun 2019, kami juga mencatat realisasi setoran pajak kepada negara sebesar Rp7,28 triliun atau 145,44 persen dari tahun 2018 sebesar Rp5,48 triliun," tutup Aas.

Baca juga: Kuartal I-2020, penjualan Pupuk Indonesia tumbuh 17,73 persen
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020