Jakarta (ANTARA) - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo berharap agar laboratorium-laboratorium yang dapat menguji spesimen pasien COVID-19 dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjanya.

"Ada beberapa laboratorium yang dimiliki oleh kementerian atau lembaga. Kami tadi laporkan kepada Bapak Presiden perlu ada peningkatan pembinaan dari kementerian dan lembaga terhadap laboratorium yang ada di seluruh Indonesia agar peningkatan kualitas dan juga kuantitas hasil pemeriksaan spesimen bisa lebih baik lagi," kata Doni di kantornya di Jakarta, Senin.

Doni menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas (ratas) dengan tema "Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19" yang dipimpin langsung Presiden Joko Widodo melalui "video conference".

Baca juga: Gugus Tugas kaji potensi arus balik di tengah pandemi COVID-19

Sebelumnya beredar surat bernomor UM.01.05/1.1/3692/2020 dan tertanggal 15 Mei 2020 dengan kop Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta dan ditandatangani oleh Kepala BBTKLPP Naning Nugrahini.

Surat itu memberitahukan bahwa batas maksimal penerimaan sampel COVID-19 pada 20 Mei pukul 12.00 WIB dan akan dibuka kembali pada 26 Mei 2020. Artinya, pengambilan tes PCR akan disetop pada 21 hingga 25 Mei 2020 karena libur Idul Fitri.

BBTKLPP lalu menerbitkan surat bernomor UM.01.05/1.1/3948/2020 pada Minggu, 16 Mei 2020 yang mengoreksi surat sebelumnya. Surat itu menyatakan BBTKLPP tetap akan menerima sampel COVID-19 selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu mengingat masih berlanjutnya pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Peningkatan itu termasuk menunjuk Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan sebagai korodinator untuk mengumpulkan seluruh hasil-hasil laporan dari seluruh laboratorium," tambah Doni.

Doni mengakui hingga saat ini kemampuan paling banyak Indonesia melakukan Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam satu hari baru pada 9.630 spesimen dan selanjutnya bahkan berkurang.

Baca juga: Presiden minta Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di RT/RW diperkuat

"Nah ini yang kami lihat adalah suatu hal yang membutuhkan pembinaan mengingat laboratorium ini ada yang milik Kemenkes ada yang milik kementerian dan lembaga lain sehingga para pejabat kementerian dan lembaga terkait diharapkan membantu memberikan pembinaan untuk pegawai yang bekerja di lab sehingga memiliki kemampuan yang lebih tinggi lagi," ungkap Doni.

Doni mengaku Gugus Tugas sudah berupaya meminta bantuan Ikatan Dokter Indonesia untuk menambah jumlah sumber daya manusia di lab maupun melibatkan seluruh Puskesmas serta bekerjasama dengan asosiasi bidan, terutama yang berkemampuan untuk menangani laboratorium.

Upaya lainnya adalah rencana untuk memberikan tambahan insentif bagi para petugas laboratorium.

Doni mencatat Kementerian Kesehatan memiliki 14 laboratorium; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki 19 laboratorium yang sebagian besar adalah milik perguruan tinggi; pemerintah provinsi memiliki 19 laboratorium yaitu laboratorium kesehatan daerah; BUMN memiliki 2 laboratorium; BPOM memiliki 5 laboratorium; Kementerian Riset dan Teknologi memiliki 2 laboratorium; Kementerian Pertanian memiliki 3 laboratorium; Kementerian Agama memiliki 1 laboratorium; TNI meiliki 1 laboratorium, serta swasta memiliki 3 laboratorium.

"Total semuanya ada 69 laboratorium, sedangkan masih terdapat 54 laboratorium lainnya yang dalam proses untuk peningkatan dan memulai operasional," ungkap Doni

Tidak ketinggalan ketersediaan komponen lain yang dibutuhkan untuk PCR yaitu reagen juga sudah didistribusikan.

"Kemudian untuk reagen PCR test yang telah didistribusikan telah mencapai lebih dari 600 ribu sedangkan total seluruh 'reagen' yang didatangkan dari beberapa negara telah mencapai lebih dari 1 juta," tambah Doni.

Metode PCR yang sering disebut dengan 'swab test' yang menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah sebagai bahan pemeriksaan. Ketika sampel cairan dari saluran pernapasan bawah tiba di lab, para peneliti mengesktrak asam nukleat di dalamnya. Asam nukleat tersebut mengandung genom virus yang dapat menentukan adanya infeksi atau tidak dalam tubuh.

Reagen adalah zat atau senyawa yang digunakan ke sistem saat pengetesan yang menyebabkan reaksi kimia untuk melihat apakah terjadi reaksi. Komponen lain yang dibutuhkan adalah viral transport medium (VTM) atau media pembawa virus dan ekstrak RNA atau pemurnian asam nukleat rantai tunggal yang merupakan hasil translasi dari DNA.

Hingga Minggu (17/5) jumlah terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia mencapai 17.514 orang dengan 4.129 orang dinyatakan sembuh dan 1.148 orang meninggal dunia dengan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 35.800 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 270.876 orang dengan total spesimen yang diuji sebanyak 187.965

Kasus positif COVID-19 ini sudah menyebar di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan daerah terbanyak positif yaitu DKI Jakarta (6.010), Jawa Timur (2.152), Jawa Barat (1.652), Jawa Tengah (1.157), Sulawesi Selatan (951), Banten (650), Sumatera Selatan (521), Sumatera Barat (408), Papua (383), Kalimantan Selatan (372), Nusa Tenggara Barat (371), Bali (348), Kalimantan Timur (254).

Baca juga: Dua pasien positif COVID-19 Indragiri Hilir dinyatakan sembuh
Baca juga: 23 pasien COVID-19 di Babel sembuh
Baca juga: Cek fakta: Benarkah paru-paru pasien COVID-19 yang sembuh akan tetap rusak?


 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020