Jakarta (ANTARA) - Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dirasakan sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi peserta program yang juga terdampak pandemi COVID-19.

"Ada PKH, alhamdulilah tertolong bisa membantu sedikit-sedikit," kata Chaerum (44), peserta PKH warga Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar Jakarta Timur, Rabu.

Dampak pandemi sangat dirasakan oleh Chaerum sekeluarga, terlebih lagi suaminya Heri Santoso yang biasanya mendapat penghasilan dari menitipkan jajanan cireng di kantin sekolah juga terimbas karena sekolah diliburkan.

Alhasil saat ini pemenuhan kebutuhan sehari-hari hanya bergantung pada pemasukan Heri sebagai ojek daring, sedangkan kebutuhan lainnya, seperti bayar kontrakan sebesar Rp1 juta per bulan juga sangat mendesak.

"Dibilang cukup ya tidak juga. Untuk sehari-hari suami masih ngojek, uangnya dari situ saja. Memang COVID-19 sangat berpengaruh, saya juga tidak bekerja lagi," ujar Chaerum yang menjadi peserta PKH sejak 2017.

Chaerum mendapatkan PKH untuk empat komponen, yaitu anak usia dini, anak SD, SMP dan SMA dengan bantuan selama pandemi yang disalurkan per bulan sebesar Rp616 ribu. Selain PKH ia juga mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Bantuan PKH tersebut biasanya digunakan untuk kebutuhan anak-anaknya sekolah dan sisanya ditabung. Karena kondisi saat ini tabungan itu terpaksa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

"Apalagi suami saya baru mengalami kecelakaan, tangan kanannya retak dan kaki luka-luka, sementara ini berhenti dulu ngojek," uajr Chaerum yang saat ini hanya di rumah mengurus keluarga.

Sebelumnya ia membantu ekonomi keluarga dengan bekerja mencuci dan menggosok baju, namun karena merebaknya virus corona jenis baru, terpaksa ia hanya di rumah saja.

Begitu pula dengan peserta PKH lainnya Winta Dewi (40), warga Kampung Pulo, Jakarta Timur, yang suaminya bernama Iwan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) karena tempatnya bekerja terdampak COVID-19.

Saat ini untuk kebutuhan hidup hanya tergantung dari bantuan, sedangkan tempat tinggal masih menumpang di rumah orang tua.

Setiap bulan selama pandemi ia mendapatkan bantuan PKH sebesar Rp366 ribu untuk tiga komponen, yaitu anak sekolah SD, SMP dan SMA yang praktis saat ini bantuan tersebut digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari.

"Mudah-mudahan COVID-19 ini segera berlalu, kehidupan bisa kembali normal, jadi orang bisa berusaha lagi. Saat ini saya tidak tahu bagaimana ke depannya jika masih seperti ini," ujar Dewi yang juga menjadi peserta PKH sejak 2017.

Hal senada disampaikan Soleha, peserta PKH warga Sawah Besar, Jakarta Pusat, yang menjadi peserta PKH sejak 2015.

Dampak COVID-19 yang sangat dirasakan adalah sepinya panggilan perbaikan AC yang digeluti sang suami. Karena itu untuk sehari-hari hanya mengandalkan uang makan sebesar Rp30 ribu dari tempat kerja suaminya.

Sementara PKH yang diterima sebesar Rp150.000 per bulan untuk satu komponen, yaitu anak SMA, digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan anaknya. Biasanya PKH dicairkan tiga bulan sekali sebesar Rp500 ribu.

"Kemarin pencairan pertama dapat Rp150 ribu, saya kasih ke anak karena lagi banyak tugas dari sekolah untuk ngeprint," kata Soleha.

Koordinator Wilayah PKH DKI Jakarta Andi Mawardi mengatakan pemanfaatan bantuan PKH dapat disesuaikan dengan kebutuhan pokok dan yang mendesak.

"Bantuan bisa digunakan untuk kebutuhan yang mendesak, situasional saja. Tentunya pendamping PKH tetap mengedukasi penerima manfaat," kata Andi.

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020