Biaya energi merupakan biaya terbesar kedua setelah bahan baku dalam proses produksi di Krakatau Steel
Jakarta (ANTARA) - PT Krakatau Steel (Persero) optimistis produknya semakin kompetitif karena mendapat pasokan gas dengan harga 6 dolar AS per million british thermal unit (mmbtu) dari PT Perusahaan Gas Negara yang tertuang dalam Perjanjian Jual Beli Gas antara Krakatau Steel dan PGN.

“Biaya energi merupakan biaya terbesar kedua setelah bahan baku dalam proses produksi di Krakatau Steel. Sebelumnya kami mendapatkan harga gas sebesar 8,55 dolar AS per mmbtu menjadi 6,00 dolar AS per mmbtu sehingga membuat produk baja nasional akan semakin kompetitif di pasar,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat.

Penurunan harga gas ini diyakini akan berdampak pada penurunan biaya operasi Krakatau Steel sebesar 7 persen.

Krakatau Steel dan Perusahaan Gas Negara telah menandatangani kesepakatan Perjanjian Jual Beli Gas dengan harga 6 dolar AS per mmbtu. Perjanjian ini ditandatangani oleh Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dan Direktur Komersial PGN Faris Azis yang disaksikan oleh Direktur Utama PGN Suko Hartono di Jakarta.

Silmy Karim mengatakan dengan adanya kesepakatan ini perusahaan dapat menurunkan biaya energi khususnya gas alam, sehingga akan semakin mendorong program efisiensi perseroan. Krakatau Steel mendapatkan alokasi gas melalui PGN dengan dengan harga 6,00 dolar AS per mmbtu.

Silmy juga menyatampaikan apresiasi kepada pemerintah atas perhatiannya kepada industri baja sehingga kesepakatan ini dapat tercapai. Sinergi BUMN yang baik juga terjalin antara Krakatau Steel, Pertamina dan PGN

“Penurunan harga gas ini dapat membantu industri untuk setidaknya mendapatkan angin segar di tengah pandemi COVID-19 yang membuat permintaan produk baja menurun,” imbuh Silmy.

Kesepakatan ini merupakan tindak lanjut atas Peraturan Presiden No 40/2016, Permen ESDM No 8/2020 dan Kepmen ESDM No 89/2020 di mana Krakatau Steel mendapatkan alokasi gas melalui PGN dengan volume minimum 10 mmscfd (300.000 mmbtu per hari) dan maksimum 15 mmscfd (450.000 mmbtu per hari) dengan jangka waktu perjanjian hingga tahun 2024.

Baca juga: Krakatau Steel catat laba pertama dalam delapan tahun terakhir
Baca juga: Restrukturisasi bisnis Krakatau Steel diharapkan tuntas September 2020
Baca juga: Erick Thohir tegaskan Krakatau Steel harus beroperasi secara benar


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020