COVID-19 memaksa kita lebih digital. Pelatihan pun bisa dilakukan secara virtual.
Jakarta (ANTARA) - Pelatihan dan transformasi ilmu meskipun secara virtual dinilai sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan petani dan SDM yang bergerak di bidang pertanian selama masa pandemi COVID-19.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, dalam keterangannya, Kamis, mengatakan pelatihan dan transformasi ilmu harus terus dilakukan meski dalam pandemi COVID-19.

"COVID-19 memaksa kita lebih digital. Pelatihan pun bisa dilakukan secara virtual. Kami melakukan itu dengan berbagai metode pelatihan seperti Bertani On Cloud, MAF, dan lainnya. Termasuk juga pembekalan dari proyek SIMURP. Intinya pelatihan harus terus dilakukan agar petani dan penyuluh dapat bekal yang cukup saat berada di lapangan," katanya.
Baca juga: Para petani dibekali pelatihan agar mampu tangkarkan benih unggul

Dedi menambahkan, petani dan penyuluh bisa menerapkan dan mengembangkan Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture/CSA) melalui proyek SIMURP (Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project).

"CSA dilakukan sebagai antisipasi dampak perubahan iklim global. Apalagi Indonesia diperkirakan akan mengalami musim kemarau panjang. Untuk itu, para penyuluh dan petani harus segera melakukan percepatan tanam agar disisa musim hujan ini petani masih bisa panen, untuk menjaga ketersediaan dan ketahanan pangan terutama di masa pandemi COVID-19,” tuturnya.

Terlebih, masih menurut dia, sektor pertanian sangat rentan terhadap sejumlah gangguan di antaranya perubahan iklim, pemanasan global, efek rumah kaca, banjir, kekeringan, serta peningkatan permukaan air laut.

Untuk mengantisipasinya, para penyuluh di berbagai daerah di Indonesia mendapat pembekalan Training of trainer (TOT) CSA proyek SIMURP, salah satunya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Baca juga: Kementan: SDM Pertanian jadi kunci Indonesia lumbung pangan dunia

Pertanian cerdas iklim (CSA) pada Proyek SIMURP adalah pertanian ramah lingkungan, hemat air, dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan IP, produktivitas, dan pendapatan petani sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan petani.

Tim SIMURP Kabupaten Karawang misalnya telah melaksanakan pembekalan pada calon pesertanya melalui forum diskusi kelompok, pada 1 Juli 2020 tentang pertanian cerdas iklim.

Tujuannya untuk memberi arahan terkait pelaksanaan proyek SIMURP dan membuka cara pandang bagaimana bertani cerdas iklim yang sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dengan berbagai kegiatan.

Pihaknya berharap dari kegiatan itu dapat dilakukan edukasi kepada petani yang bergabung dalam kelompok tani sehingga mereka dapat segera mulai bertani secara cerdas iklim dengan efisien dalam penggunaan air untuk usaha taninya.
Baca juga: Kementan tegaskan SDM pertanian unggul ciptakan petani sejahtera

Mereka diharapkan mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik, menggunakan bibit varietas unggul dan tahan hama, menggunakan pestisida nabati, dan lain sebagainya.

”Intinya mulai berorientasi ke pertanian cerdas iklim dengan mengembalikan kesuburan tanah utamanya untuk menghasilkan produksi dan produktivitas padi yang tinggi dan sehat tanpa merusak kesuburan lahan pertanian,” kata Dedi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, penyuluh harus membekali diri untuk mendampingi petani.

"Penyuluh dan petani adalah garda terdepan dalam pertanian. Penyuluh harus selalu mendampingi petani di lapangan. Oleh karena itu, penyuluh harus selalu membekali diri dengan pengetahuan," tutur Mentan.

Baca juga: Kementan catat petani muda hanya 8 persen atau 2,7 juta orang
Baca juga: Regenerasi petani, Kementan kukuhkan 67 duta milenial pertanian

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020