Sebagian olahan bahan pangan lokal Indonesia bahkan sudah diekspor ke berbagai negara, tetapi tidak dipasarkan di dalam negeri
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan Indonesia memiliki potensi bahan pangan lokal sangat besar yang bisa diolah untuk memenuhi kecukupan gizi pada anak.

"Sebagian olahan bahan pangan lokal Indonesia bahkan sudah diekspor ke berbagai negara, tetapi tidak dipasarkan di dalam negeri," kata Suwandi dalam seminar daring yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diikuti melalui akun Youtube Forum Anak Nasional di Jakarta, Kamis.

Suwandi mengatakan Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.

Dengan potensi bahan pangan yang sangat besar tersebut, masyarakat Indonesia seharusnya sangat mampu untuk melakukan diversifikasi pangan, yaitu tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja, termasuk dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.

"Beberapa bahan pangan lokal Indonesia yang memiliki potensi cukup tinggi antara lain ubi kayu atau singkong, ubi jalar, jagung, sorgum, talas, ganyong, gadung, gembili, garut, porang, hanjeli, dan hotong," kata Suwandi.

Ubi kayu dibudidayakan di Indonesia dengan luasan lahan mencapai 628 ribu hektare dengan produksi per tahun mencapai 16,35 juta ton, sedangkan tanaman sorgum dibudidayakan pada lahan seluas 15.356 hektare di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Dari segi kandungan kalori, sorgum juga tidak kalah tinggi dibandingkan beras. Setiap 100 gram sorgum mengandung 332 kalori, sedangkan beras mengandung 360 kalori, tetapi mengandung protein dan vitamin yang lebih tinggi.

Sementara itu, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N Rosalin mengatakan konsumsi kalori anak-anak di Indonesia masih cukup rendah.

"Sebanyak 9,87 persen anak usia nol hingga 17 tahun mengonsumsi kalori kurang dari 1.400 kilokalori," katanya.

Menurut Lenny, pemenuhan gizi yang tidak baik dan seimbang kepada anak menyebabkan sejumlah permasalahan kesehatan anak, yaitu kekurangan zat besi atau anemia, stunting, kurang energi kronis, dan kegemukan atau obesitas.

Baca juga: Anggota DPR ingin pangan lokal bisa gantikan gandum

Baca juga: Balitbangtan-Peragi siap kembangkan sumber daya pangan lokal

Baca juga: Kepala Balitbangtan: Pangan lokal berkhasiat tingkatkan sistem imun

Baca juga: Legislator serukan pengembangan pangan lokal, non-beras

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020