peran teknologi akan dominan di normal baru ini dan menjadi tantangan
Jakarta (ANTARA) - Trafik penumpang di bandara yang dioperasikan PT Angkasa Pura I baru bertumbuh sekitar 17 persen dikarenakan mayoritas penumpang masih menunggu atau wait and see hingga kondisi membaik saat pandemi COVID-19.

“Pertumbuhan penerbangan deltanya lebih tinggi dibanding penumpang. Pertumbuhan penerbangan sudah 35 persen, tapi penumpangnya baru 17 persen, masih ada persoalan di level of confidence (tingkat kepercayaan diri),” kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi dalam Webinar yang bertajuk Transportasi Publik dan Geliat ekonomi pada masa Pandemi di Jakarta, Rabu.

Faik menuturkan pihaknya mengadakan riset di mana hasilnya 84 persen masyarakat akan melakukan penerbangan, namun masih menunggu kondisi membaik atau wait and see, 68 persen memilih untuk melakukan mobile check in dan meninggalkan cara-cara konvensional dan 76 persen memilih teknologi biometrik untuk pengecekan sidik jari dan pengenalan wajah serta menggunakan e-paspor.

“Jadi, peran teknologi akan dominan di normal baru ini dan menjadi tantangan kita dibanding moda transportasi lain,” katanya.

Untuk itu, Ia menyiapkan suatu aplikasi di mana calon penumpang bisa langsung mengunggah dokumen kesehatan dan ketika sampai di bandara tinggal memindai kode batang (barcode).

Faik menambahkan tarif tes cepat (rapid test) juga sudah ditetapkan oleh pemerintah maksimal Rp150.000 dan pihak tertentu bisa menetapkan harga lebih rendah lagi.

“Saya melihat sebetulnya harga itu bisa diturunkan jadi policy (kebijakan) saya di bandara siapapun boleh berusaha proses rapid tapi harganya harus paling murah siapa yang bisa paling murah terkait tempat dan sebagainya, kita fasilitasi. Intinya bagaimana membangun level of confident karena kalau ini tidak segera meningkat trafik penumpangnya, pelaku usaha di transportasi udara ke depannya akan kesulitan,” katanya.

Menurut dia, pertumbuhan transportasi udara cenderung lebih lambat dibanding moda transportasi lain meskipun protokol kesehatan sudah diterapkan sangat ketat.

“Di udara saya yakin protokol udara sudah sangat baik dari konsistensi ketentuan sudah sangat dipatuhi. Kita dari pelaksana maupun juga penumpang awal-awal memang ada penumpukan di bandara, tapi sudah kita atasi dengan baik dan kami pantau,” katanya.

Faik menyebutkan kondisi terparah saat Mei lalu di mana jumlah penumpang hanya di kisaran 75.000 dibandingkan kondisi normal bisa mencapai 7,5 juta penumpang.

“Hampir 99 persen trafik menurun signifikan,” ujarnya.

Baca juga: Pemeriksaan SIKM dihapus di Bandara Soekarno-Hatta dan Halim
Baca juga: Angkasa Pura I optimistis trafik penerbangan meningkat di semester II
Baca juga: AP I prediksi aktivitas penerbangan pulih pada pertengahan 2021


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020