Ini kita juga dilematis mengenai rare earth ini. Karena rare earth ini kan paling banyak diproduksi di China
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku dilema soal pengembangan rare earth (logam tanah jarang) di Indonesia.

Dalam acara acara Sore Bersama LBP secara virtual, Sabtu, Luhut Pandjaitan mengaku pengembangan rare earth paling banyak dilakukan di China. Namun, sentimen mengenai investasi China di Indonesia sendiri tidak sepenuhnya baik.

"Ini kita juga dilematis mengenai rare earth ini. Karena rare earth ini kan paling banyak diproduksi di China. Amerika sendiri begitu di-banned China kelabakan juga. Nah investor yang paling cepat tuh sekarang China. Kalau kita semua kasih China, tapi bagaimana," katanya.

Baca juga: Komisi V desak PT Timah optimalkan dan komersialkan logam tanah jarang

Menurut Luhut, pemerintah Indonesia selalu berupaya memelihara keseimbangan, maka pemerintah pun terus mencari investor yang mampu mengembangkan rare earth dari negara lain.

"Apa Amerika mau? Kita coba yang lain (juga)," ujar Luhut Pandjaitan.

Luhut pun menambahkan bahwa mencari investor tidak semudah dan sesederhana seperti yang dilihat orang. Menurut dia, mencari investor pun perlu mengedepankan kepentingan nasional.

Baca juga: Pengembangan logam tanah jarang dinilai belum maksimal

"Kita harus lihat national interest (kepentingan nasional), tidak asal terima saja orang datang investasi. Tidak begitu ceritanya. Ada perhitungan strategi, geopolitik sebelum kita putuskan itu dan berapa banyak yang kita berikan. Tidak akan kita berikan semua," katanya.

Bahasan soal pengembangan tanah jarang sudah dimulai saat Luhut bertemu dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Menurut Luhut, rare earth merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata. Rare earth juga merupakan produk hilirisasi mineral, salah satu topik yang kerap disampaikan Luhut.

Baca juga: China akan luncurkan kebijakan logam tanah jarang

Baca juga: Kemenperin gandeng Korsel eksplor Logam Tanah Jarang

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020