Jakarta (ANTARA) - Bagi aktris Faradina Mufti, kemandirian perempuan jadi pelajaran yang bisa diambil dari karakter Rahayu yang diperankannya dalam film "Guru-Guru Gokil".

Rahayu adalah salah satu guru terbaik di SMA Gunung Asri. Selain jadi guru matematika, ada beberapa pekerjaan lain yang dilakoninya sekaligus: kepala tata usaha, penjaga perpustakaan dan pengurus gaji guru.

"Dia sangat multi tasking, bisa mengerjakan semua, mandiri dan cukup tegas," Faradina menjelaskan karakter Rahayu dalam konferensi pers daring, Selasa.

Baca juga: Persamaan produser dan ahli kimia menurut Dian Sastrowardoyo

Baca juga: Main di "Guru Guru Gokil", Gading Marten semakin hargai peran guru


Faradina setuju dengan pola pikir Rahayu yang mandiri. Menurut finalis Gadis Sampul 2007, perempuan mesti bisa mengerjakan berbagai hal tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.

"Enggak ada yang namanya membetulkan lampu harus dikerjakan cowok, paradigma Rahayu enggak bisa (seperti itu). Kalau buatku pribadi, cewek harus mandiri," kata aktris kelahiran 1 Desember 1989.

Selain Rahayu, ada beberapa tokoh guru lain dengan berbagai kepribadian dan masalah yang disuguhkan di film "Guru-Guru Gokil". Ada Gading Marten sebagai guru sejarah bernama Taat Pribadi, Dian Sastrowardoyo sebagai guru kimia bernama Nirmala, Boris Bokir sebagai guru pemalu bernama Manul dan Ibnu Jamil sebagai guru olahraga bernama Gagah.

"Guru-Guru Gokil" arahan Sammaria Sari Simanjuntak ini akan tayang secara eksklusif di Netflix pada 17 Agustus. Ini merupakan film Netflix Original kedua dari Indonesia yang bisa disaksikan di 190 negara anggota Netflix.

Baca juga: "Guru-Guru Gokil" tayang 17 Agustus di Netflix, ini ulasan singkatnya

Baca juga: Film "Guru-Guru Gokil" tayang eksklusif di Netflix


Film ini bercerita tentang kisah pencurian yang dipenuhi romansa dan komedi. Mengisahkan Taat Pribadi (Gading Marten) seorang guru baru, dan rekan-rekannya yang bekerja sama demi mendapatkan kembali gaji mereka yang dicuri oleh penjahat berbahaya.

Taat yang semula sangat tidak ingin menjadi seorang guru, dalam perjalanan ini malah menemukan persahabatan, cinta, dan perdamaian dengan masa lalunya.

Menurut Dian, yang juga menjadi produser film, cerita yang ditawarkan dalam "Guru-Guru Gokil" dibangun berdasarkan riset yang melibatkan para pengajar di pelosok Indonesia.

Dari berbagai wawancara dengan para guru, ada benang merah yang menyatukan mereka. Guru bukanlah profesi yang identik dengan uang bergelimang, tapi para pahlawan tanpa tanda jasa ini sama-sama ingin mencerdaskan generasi muda atas dasar panggilan hati.

Dian pun ingin menceritakan kehidupan para guru seotentik mungkin, termasuk fenomena di mana guru lazim punya pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Yang mau diangkat di film ini bukan untuk menghakimi itu baik atau buruk, kita ingin ceritain ini seotentik mungkin. Rata-rata mereka memang segitu terpanggil untuk menjadi guru, kita mau menangkap ketulusan itu."

Baca juga: Guruh Soekarnoputra, sosok "guru gokil"-nya Asri Welas

Baca juga: Tantangan Dian Sastro, Gading Marten, Asri Welas berakting lewat suara

Baca juga: Berkenalan dengan para tokoh melalui "Guru-Guru Gokil Audio Series"

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020