Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan mahasiswa untuk menjaga ideologi bangsa dan negara dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Trisakti, secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin.

Bamsoet, sapaan Soesatyo, menyoroti situasi dunia yang masih dilanda perang saudara karena adanya dua ideologi saling berbenturan, seperti Korea terpecah menjadi Korea Selatan dengan Korea Utara, maupun India dengan Pakistan, yang hingga kini masih mengalami ketegangan.

"Lebanon juga pernah mengalami perang saudara sejak tahun 1975 hingga 1990, diperkirakan lebih dari 200 ribu warga sipil tewas, satu juta jiwa terluka, hingga 350 ribu penduduk mengungsi. Berbagai negara di kawasan Timur Tengah seperti Suriah, Irak, Libya, Yaman dan Somalia, hingga kini masih diselimuti perang saudara yang tak jelas kapan berakhirnya," kata Bamsoet dalam rilis yang diterima di Jakarta.

Baca juga: Ketua MPR: Segera investigasi kebakaran Gedung Kejagung
Baca juga: Ketua MPR cermati banyaknya guru terpapar COVID-19 di Surabaya


Bamsoet mengatakan Indonesia memiliki 267 juta lebih penduduk, terdiri 1.340 suku bangsa, tersebar di 17.491 pulau, memeluk enam ajaran agama dan berbagai aliran kepercayaan, serta mengelola kekayaan alam berupa sumber daya hutan, laut, dan mineral yang beraneka ragam.

"Semua itu bukan hanya menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia, melainkan juga menyimpan potensi konflik horizontal. Atas dasar itulah, para pendiri bangsa sejak awal kemerdekaan sudah menyepakati Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam berbagai keragaman," ujar Bamsoet.

Turut hadir secara virtual antara lain Rektor Universitas Trisaksi Prof. Ali Ghufron Mukti, Ketua Senat Universitas Trisakti Prof. dr. Pusparini, dan Sekretaris Senat Universitas Trisakti Prof. Dedes Nur Gandarum.

Mantan Ketua DPR RI itu mengingatkan bahwa perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tidak boleh menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan dan membutakan visi kebangsaan.

Ia mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam membangun karakter bangsa, karena itu harus memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.

"Kelalaian dan sikap abai dalam menyaring masuknya faham-faham radikal dan paham-paham lain yang tidak selaras dengan jiwa Pancasila, dapat merusak mental generasi muda dan sendi-sendi peradaban bangsa. Kekhawatiran tersebut bukan mengada-ada," kata Bamsoet.

Ia pun merujuk sejumlah publikasi hasil survei, seperti LSI tahun 2018 yang menemukan dalam kurun waktu 13 tahun terakhir masyarakat yang pro terhadap Pancasila mengalami penurunan sekitar 10 persen, dari 85,2 persen pada tahun 2005 menjadi 75,3 persen pada tahun 2018.

Baca juga: Anggota MPR: 3 syarat Pilkada jadi energi positif bangsa
Baca juga: Sekjen MUI minta Pimpinan MPR tak anggap enteng protokol COVID-19


"Survei yang dilakukan pada akhir Mei 2020 oleh Komunitas Pancasila Muda, dengan responden kaum muda, usia 18 hingga 25 tahun dari 34 provinsi itu mencatat bahwa hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka," tutur Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan empat alasan mengapa mahasiswa mempunyai peran vital dan kedudukan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pertama, mahasiswa adalah generasi pelajar yang mempunyai rujukan referensi, tidak hanya dari literatur konvensional, tetapi juga dari lingkungan sosial di sekitarnya.

Kedua, mahasiswa adalah generasi pejuang, yang akan senantiasa dihadapkan pada kompleksitas tantangan zaman.

Ketiga, mahasiswa adalah agen perubahan, yang akan menjadi penggerak roda pembangunan dan menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keempat, mahasiswa adalah pewaris estafet kepemimpinan nasional yang akan mengemban amanah kebangsaan dalam membangun peradaban Indonesia di masa depan.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini berharap dari kampus Universitas Trisakti akan lahir generasi bangsa yang unggul. Sebab, dari kampus itu jugalah, lahir generasi-generasi pejuang, generasi-generasi pemberani bermental baja yang telah berhasil mendorong lahirnya reformasi dalam mewujudkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis.

"Sebagai Ketua MPR RI, saya juga ucapkan terimakasih kepada Universitas Trisakti yang telah memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Ketua MPR RI 2009-2014 (alm) Taufik Kiemas atas dedikasi dan jasa beliau membangun paradigma kebangsaan, merajut kebersamaan dalam keberagaman, dan menyatukan ke-Indonesiaan melalui legasi kebangsaan Empat Pilar MPR RI. Atas dasar itu jugalah, pimpinan MPR RI periode 2019-2024 berencana akan mengukuhkan (alm) Taufik Kiemas sebagai Bapak Empat Pilar MPR RI," pungkas Bamsoet.

Baca juga: Ketua MPR undang ratusan pecinta otomotif ke Gedung DPR
Baca juga: Syarief Hasan ajak masyarakat tingkatkan implementasi Empat Pilar MPR

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020