Parapat, Sumut (ANTARA News) - Ketua Tim Ekonomi Moneter Kantor Regional Bank Indonesia (BI) Sumut dan Aceh, Maurids H Damanik, mengatakan, penyebab utama inflasi di Sumut pada tahun 2009 berasal dari kelompok makanan jadi.

"Secara historis, kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi merupakan penyumbang inflasi yang sangat signifikan," katanya di Parapat, Jumat, saat menjadi pembicara pada pelatihan wartawan ekonomi dan bisnis dalam upaya meningkatkan kompetensi wartawan dibidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.

Ia mengatakan, berdasarkan data karakteristik inflasi Sumut yang dikeluarkan Bank Indonesia pada Januari 2010, untuk makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 10,28 persen.

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 7,91 persen, sandang 5,42 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 5,40 persen serta bahan makanan 1,0 persen, dan transport, komunikasi, jasa keuangan sebesar 0,82 persen.

Perbandingannya di tahun 2009 untuk komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan pertama sebesar 10,26, triwulan kedua 8,77 persen, triwulan ketiga 9,27 persen, pada triwulan keempat sebesar 9,17 persen.

Lalu untuk sandang pada triwulan pertama sebesar 10,30 persen, triwulan kedua 8,39 persen, triwulan ketiga 8,80 persen, dan triwulan keempat 7,81 persen.

"Inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat serta menghambat investasi produk karena tingginya ketidakpastian. Inflasi yang tinggi juga akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat dalam jangka yang cukup panjang," katanya.

Menurut dia, ada beberapa strategi dasar dalam pengendalian inflasi di Sumut, diantaranya adalah mengantisipasi kelangkaan pasokan dan mengantisipasi kenaikan biaya administrasi.

Juga melakukan monitoring pengeluaran pemerintah daerah, UMP dan daya beli serta melakukan diseminasi kebijakan yang tepat sasaran.(Ant/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010