Aceh kaya dengan peninggalan sejarah dan budaya yang menunjukkan cikal bakal kebesaran bangsa Indonesia
Banda Aceh (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memfasilitasi pembuatan virtual tur (video realitas) situs cagar budaya taman sari Gunongan Banda Aceh.

"Kita pilih gunongan, karena lokasi ini sering dikunjungi wisatawan Malaysia untuk mengetahui sejarah dan budaya yang terjadi di Aceh," kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh Nurmatias di Banda Aceh, Sabtu.

Pembuatan virtual tur cagar budaya yang dilaksanakan Yayasan Khadam Indonesia terlaksana karena adanya dukungan dari Direktorat Kebudayaan Kemendikbud serta pengawasan dari BPCB Aceh.

Melalui virtual tur ini, kata dia, masyarakat bisa mendapatkan informasi bagaimana Sultan Iskandar Muda menikahi anak raja Malaysia serta memperlihatkan penetrasi yang positif.

"Jadi harus kita sampaikan bagaimana sebenarnya hubungan emosional yang terjadi antara Aceh dengan melayu," ujarnya.

Produser virtual tur cagar budaya, Faisal Ilyas menyampaikan, peninggalan sejarah yang terindikasi kuat sebagai cagar budaya di wilayah Kota Banda Aceh.

Baca juga: BKB: Virtual tur ajak warga masuk lorong imajinasi Karmawibhangga

Namun, data untuk diolah menjadi bahan ajar dalam bentuk audiovisual (film, virtual reality, dokumenter bertemakan pendidikan) minim.

"Jika generasi kita kehilangan identitas sejarah, tentu akan kehilangan masa depan. Aceh kaya dengan peninggalan sejarah dan budaya yang menunjukkan cikal bakal kebesaran bangsa Indonesia," kata dia.

Faisal menjelaskan penggunaan digital sebagai sarana informasi menjadi salah satu alternatif yang sesuai dengan keadaan saat ini.

Di tengah pandemi COVID-19, masyarakat pada umumnya enggan keluar rumah, karena itu dengan adanya virtual tur ini mereka masih dapat menikmati perjalanan situs cagar budaya melalui rumah.

"Virtual tur situs cagar budaya taman sari gunongan ini, selain media informasi, juga berfungsi sebagai dokumentasi dan pelestarian properti bersejarah, serta dapat diakses publik," ujarnya.

Selain itu, lanjut Faisal, virtual tur juga dapat digunakan sebagai arsip digital untuk penelitian dan eksplorasi akademik. Beberapa adegan yang diperlihatkan nantinya juga menjadi penguat penggunaan situs cagar budaya masa lalu.

"Kami sangat mengapresiasi gerakan teman-teman komunitas yang sedang menjaga, mencari dan melestarikan benda cagar budaya," kata Faisal.

Baca juga: Tur virtual, oase penyejuk dahaga melancong
Baca juga: Berkelana dengan "mesin waktu" di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020