Sulit untuk memiliki optimisme yang berkelanjutan ketika kasus virus terus meningkat
New York (ANTARA) - Dolar AS melemah, sementara mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), saat ancaman gelombang baru COVID-19 di Amerika Serikat dan Eropa membekukan peningkatan selera risiko yang telah didorong berita vaksin menjanjikan awal minggu ini.

Di level 104,615 yen, dolar telah kehilangan 0,46 persen terhadap mata uang Jepang pada Jumat pagi di New York. Yen jatuh sekitar dua persen terhadap dolar pada Senin (9/11/2020). Franc Swiss menguat menjadi 0,9132 terhadap dolar, setelah diperdagangkan di 0,9192 pada pertengahan minggu.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya tergelincir 0,22 persen menjadi 92,7613.

Pasar global melonjak pada Senin (9/11/2020) setelah Pfizer Inc mengatakan vaksin eksperimentalnya lebih dari 90 persen efektif dalam uji coba. Berita itu mendorong dolar naik karena para pedagang keluar dari posisi jangka panjang yen mereka.

Tetapi pedagang pasar mata uang menjadi lebih menghindari risiko pada Kamis (12/11/2020) dan Jumat (13/11/2020) ketika infeksi menyebar dan Kepala Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) menekankan bahwa prospek ekonomi tetap tidak pasti.

“Sulit untuk memiliki optimisme yang berkelanjutan ketika kasus virus terus meningkat,” kata Analis Pasar Senior di Western Union Business Solutions, Joe Manimbo. Pasar melihat cahaya di ujung terowongan, tapi kita masih di dalam terowongan.

Meskipun ada penurunan, yen berada di jalur untuk minggu terburuk sejak Juni. Sementara euro naik 0,24 persen menjadi 1,1832 dolar.

Prospek vaksin adalah sumber bantuan, tetapi zona euro masih akan menderita sebagai akibat dari tindakan penguncian baru, dua pembuat kebijakan ECB mengatakan.

Tapi dolar Australia - proksi yang likuid untuk risiko dan pertumbuhan ekonomi global - meningkat. Aussie menguat 0,44 persen hari ini di 0,7265 terhadap dolar AS.

"Prospek Fed tetap super-longgar selama musim dingin dan seterusnya, sementara optimisme vaksin, membangun dolar bearish," Kit Juckes, ahli strategi valas di Societe Generale, menulis dalam sebuah catatan.

"Pemenang besar dalam jangka panjang adalah beta yang lebih tinggi, mata uang yang sensitif terhadap pertumbuhan dan perdagangan," katanya.

Dolar Selandia Baru datar terhadap dolar di 0,6840, tetapi masih naik pada minggu ini setelah melompat ke level tertinggi sejak Maret 2019 setelah pertemuan bank sentralnya, Reserve Bank of New Zealand pada Rabu (11/11/2020).

Menteri Kesehatan Jerman mengatakan pada Jumat (13/11/2020) bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan berapa lama penguncian terbaru akan berlangsung, sementara perdana menteri Prancis mengatakan langkah-langkah Prancis tidak akan dikurangi setidaknya selama dua minggu.

Di tempat lain Presiden terpilih Joe Biden memenangkan medan pertempuran negara bagian Arizona pada Kamis malam, tetapi Presiden Donald Trump masih menolak untuk menerima kekalahan.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020