Banda Aceh (ANTARA) - Masyarakat Aceh tengah berbahagia. Kapal Motor Penumpang (KMP) Aceh Hebat 2 yang dibeli Pemerintah Aceh mulai berlayar perdana melayani masyarakat daerah Tanah Rencong itu dengan rute Banda Aceh-Kota Sabang, begitu sebaliknya.

Pada Sabtu (30/1) menjelang siang, Gubernur Aceh Nova Iriansyah melepas langsung pelayaran perdana kapal itu di Pelabuhan Ulee Lheu Kota Banda Aceh. Nova melepas tali pengikat kapal di tiang bolder pelabuhan, mengizinkan KMP Aceh Hebat itu untuk memulai mengarungi Samudera.

Sedikit demi sedikit kapal mulai beranjak dari pelabuhan. Penumpang dan Gubernur Aceh saling melambaikan tangan. Sembari mengucap selamat berlayar, dengan penuh harapan dan doa agar sampai ke tujuan dengan selamat.

“Selamat ya Bu, cuacanya bagus, mudah-mudahan lancar,” ujar Nova saat menyapa seorang penumpang yang mengaku datang dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Perlayaran perdanan KMP Aceh Hebat 2 itu mengangkut 280 penumpang, 80 kendaraan roda dua, 22 mobil pribadi dan tiga truk besar.

Bitari, penumpang pelayaran perdana KMP Aceh Hebat 2, mengaku senang dengan adanya penambahan kapal yang melayari rute Banda Aceh-Sabang. Apalagi, dia menilai, KMP Aceh Hebat 2 itu berukuran lebih besar dan nyaman.

"Saya merasa lebih nyaman karena kapalnya lebih besar. Apalagi harga tiketnya masih terjangkau," kata Bitari di sela-sela pelepasan pelayaran perdana oleh gubernur.

Sebagai daerah "pintu gerbang" barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Aceh dituntut siap dengan semua akses transportasi. Apalagi, Aceh memiliki pulau besar di empat wilayah seperti Sabang, Pulo atau Pulau Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Simeulue, dan Pulau Banyak di Aceh Singkil.

Membeli tiga unit KMP merupakan terobosan yang baru-baru ini direalisasi Pemerintah Aceh. Tujuannya untuk memudahkan aksesibilitas dalam mencapai kemajuan pembangunan daerah kepulauan.

KMP yang dibeli menggunakan uang rakyat Aceh itu diberi nama Aceh Hebat 1, Aceh Hebat 2, dan Aceh Hebat 3. Semua kapal telah diluncurkan. Dua dari tiga kapal sedang menunggu jadwal berlayar melayani warga provinsi dengan penduduk 5,2 juta jiwa itu.

"Semoga dalam waktu dekat kapal Aceh Hebat 1 dan Aceh Hebat 2 juga sudah bisa melakukan pelayaran perdana," kata Nova.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan mengalokasikan dana sebesar Rp178 miliar untuk pengadaan KMP Aceh Hebat. Pembangunan kapal dimulai Februari 2020. Meski di tengah COVID-19, perusahaan telah membuktikan pengerjaannya selesai tepat waktu.

KMP Aceh Hebat 1 dengan bobot 1.300 GT yang dikerjakan PT Multi Ocean Shipyard (MOS) di Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau.

Selanjutnya, KMP Aceh Hebat 2 berbobot 1.100 GT dibangun PT Adiluhung Saranasegara Indonesia di Bangkalan Madura Jawa Timur, dan KMP Aceh Hebat 3 dengan bobot 600 GT yang dibangun PT Citra Bahari Shipyard di Tegal Jawa Tengah.

"KMP Aceh Hebat ini kapal pertama yang dibangun sendiri dengan uang masyarakat Aceh, dengan ukurannya relatif besar dengan desain yang up-to-date," sebut Nova.
Warga menyaksikan kapal KMP Aceh Hebat-1 saat kedatangan kapal tersebut di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh, Jumat (15/1/2021). (ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj)


KMP Aceh Hebat 1 akan melayani penyeberangan perintis Calang, Aceh Jaya - Sinabang, Simeulue. Kapal ini mampu menampung 250 orang penumpang, 188 tempat tidur serta dapat mengangkut kendaraan berbagai ukuran sebanyak 33 unit.

Kapal yang dominasi warna putih dan biru itu mampu melaju dengan kecepatan maksimal 12 knot. Harapanya, kehadiran armada transportasi laut itu dapat membebaskan pulau-pulau di provinsi paling barat Indonesia itu dari “keisolasian”.

Simeulue salah satunya, kabupaten yang mekar dari Aceh Barat pada 1999. Terletak di sebelah Barat Daya wilayah Aceh. Berjarak 105 mil laut dari Meulaboh, Aceh Barat. Sensus penduduk 2020 oleh BPS, penduduk Simeulue 92.865 jiwa, di antaranya 45.235 jiwa perempuan dan 47.630 jiwa laki-laki.

Simeulue terkenal dengan hasil sumber daya kelautan yang melimpah sebagai penopang perekonomian masyarakat. Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi penopang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Daerah ini juga dinilai sebagai daerah yang cukup potensial untuk investasi budidaya laut seperti rumput laut, lobster, kakap dan kerapu.

Selain itu, Simeulue juga terkenal dengan potensi wisata bahari. Pariwisata daerah ini didominasi pantai dan pulau, seluas 219,80 hektare atau 88 persen dari total luas daerah wisata Simeulue.

"Aceh Hebat menjadi sejarah baru bagi Aceh. Selama ini Aceh belum memiliki kapal yang dibangun sendiri," kata Nova.

Sedangkan KMP Aceh Hebat 2 akan melayani warga yang ingin menyeberang ke Pulau Weh, Sabang. Pengoperasian komersilnya hanya dapat diakses melalui Pelabuhan Ulee Lheu.

Tarif KMP Aceh Hebat 2 ini diatur dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor 08 tahun 2020 tentang tarif angkutan penyeberangan untuk penumpang kelas ekonomi, kendaraan, alat berat/hewan antar kabupaten/kota dalam Provinsi Aceh. Begitu juga dengan dua kapal lain.

Nova mengharapkan keberadaan KMP Aceh Hebat 2 dapat  memperlancar mobilitas penumpang dan barang dari dan menuju ke Sabang, sekaligus menunjang kemajuan pariwisata.
Kapal roro KMP Aceh Hebat 3 yang baru tiba dari tempat pembuatan galangan Tegal memasuki kawasan pelabuhan Ulee Lheu di Banda Aceh, Aceh, Senin (28/12/2020). (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/foc)


Sementara KMP Aceh Hebat 3 akan melayani penyeberangan perintis Singkil - Pulau Banyak - Sinabang, pulang pergi. Pulau yang terbentuk dari gugusan pulau-pulau kecil dengan luas 293.65 km2, sesuai data BPS.

Pulau ini dinilai sangat layak untuk pengembangan menjadi destinasi andalan.

Garis pantai yang panjang, pasir putih dan lembut, keindahan panorama sunse, membuat daerah ini tidak kalah dengan pantai lain di Tanah Air.

Selain sektor pariwisata, Pulau Banyak juga daerah yang memiliki potensi cukup besar pada bidang kelautan dan perikanan, sebagai sumber kehidupan warga setempat.

Kehadiran KMP Aceh Hebat 3 ini menjadi keinginan Pemerintah Aceh dalam mewujudkan transportasi yang berkeadilan, dan memastikan konektivitas, aksesibilitas antar wilayah dapat terselenggara dengan baik.

Kebutuhan transportasi di setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda. Nah, kapal Aceh Hebat 3 ini sesuai karakteristik laut di Pulau Banyak Aceh Singkil.

Kapal ini diharapkan memenuhi mobilitas, baik untuk kepentingan distribusi logistik maupun transportasi penyeberangan ke daratan. Selain itu, kapal ini juga bisa menunjang pengembangan sektor pariwisata.

Kapal ini sebagai stimulus peningkatan pengembangan pariwisata di Pulau Banyak, kita harapkan ini bisa mendongkrak ekonomi masyarakat juga pastinya.

Untuk sementara, operasional KMP Aceh Hebat 1 dan 3 d di bawah pengawasan dan bimbingan Kementerian Perhubungan RI dan masih disubsidi oleh pemerintah pusat hingga tiba waktunya Aceh bisa mandiri.

 KMP Aceh Hebat adalah milik seluruh rakyat Aceh karena dibeli dengan menggunakan anggaran rakyat. Oleh karena itu, seluruh rakyat Aceh harus merasa memiliki, sehingga terbangun kesadaran untuk merawat kapal ini dengan baik.

Peluang maju kepulauan

Pakar Transportasi dari Universitas Syiah Kuala Prof Sofyan M Saleh menilai hadirnya KMP Aceh Hebat menjadi peluang daerah pulau di Aceh untuk maju.

Bahkan, dia mengatakan, seharusnya puluhan tahun lalu Aceh sudah memiliki KMP sendiri, mengingat pentingnya konektivitas dalam membangun daerah kepulauan yang masih tertinggal.

"Harusnya dari 20 tahun lalu sudah ada. Dalam ilmu transportasi aksesibilitas itu kan penting, kebetulan ada empat daerah pulau kita di Aceh yaitu Simeulue, Pulau Banyak, Pulau Aceh, dan Sabang," kata Prof Sofyan.

Sebelum suatu daerah itu maju, maka dalam ilmu transportasi terkenal dengan istilah ship promote the trade, yakni upaya mempromosikan daerah terpencil melalui akses transportasi seperti kapal, pesawat, dan kendaraan darat lainnya.

"Artinya daerah yang tertinggal, terluar, itu perlu dipromosikan dulu. Karena kalau pembiayaan (transportasi) misalnya kita lepas ke swasta, maka swasta enggak mau karena tidak untung, jadi pemerintah harus subsidi dulu," ujarnya.

Selanjutnya, setelah suatu daerah itu berkembang, dikenal orang banyak, dan bahkan mulai maju, maka akan ada yang melirik untuk berbisnis dan berinvestasi.

Setelah daerah itu tumbuh, ekonomi sudah mantap, baru disebut ship follow the trade, katanya.

“Misalnya Simeulue sekarang, dulu sekitar tahun 2000-an kapalnya disubsidi oleh pemerintah, jadi ada atau tidak ada penumpang maka tetap berlayar, kalau sekarang kan sudah maju," ujarnya lagi.

Menurutnya, sudah seharusnya Aceh memiliki KMP sebagai upaya mempromosikan daerah pulau masih tertinggal. Karena KMP Aceh Hebat sudah menjadi harapan masyarakat kepulauan di Aceh sejak beberapa dekade.

"Jadi itu sekarang kenapa Pulau Aceh tidak berkembang karena apa yang mau lirik ke sana, transportasinya cuma pakai kapal nelayan, itu pun sekali sehari, padahal potensi besar,” katanya.
Baca juga: Tiba di Aceh, KMP Aceh Hebat 2 mulai beroperasi medio Januari 2021
Baca juga: Gubernur: Kapal Aceh Hebat permudah transportasi di daerah kepulauan

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021