Bengkulu (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Universitas Bengkulu dan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi akan memasang alat deteksi tsunami buatan dalam negeri di dua titik di perairan Bengkulu yakni Kota Bengkulu dan perairan Pulau Enggano.

"Dua alat deteksi tsunami buatan dalam negeri ini akan dipasang di perairan wilayah Kota Bengkulu dan satu lagi di Pulau Enggano,” kata Peneliti Utama Pusat Riset Terapan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Semeidi Husrin saat dihubungi dari Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan alat deteksi muka air laut yang dapat dijadikan sebagai deteksi awal tsunami itu diberi nama PUMMA, singkatan dari Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air Laut.

Baca juga: BMKG berikan bantuan alat deteksi dini tsunami untuk BPBD Pekalongan

Cara kerja alat ini adalah mengukur muka air laut secara periodik atau real time dengan dukungan energi tenaga matahari. Ia mengatakan, jika ada perubahan mendadak, algoritma alat mampu mendeteksi dengan cepat dan memberikan peringatan bahwa terjadi sesuatu di perairan.

“Untuk memastikan alat ini bekerja, juga dilengkapi CCTV sehingga bisa dapat visual kondisi perairan,” katanya.

Semeidi mengatakan, pemasangan PUMMA di perairan barat Sumatera di wilayah Bengkulu dikarenakan wilayah ini rawan gempa dan tsunami terutama dengan keberadaan Megathrust Mentawai.

Saat ini tambahnya, alat yang fungsinya sama dengan nama Inexpensive Device for Sea Level Measurment (IDSL) hasil kerja sama KKP dengan Joint Research Centre – The European Commission (JRC-EC), Ikatan Ahli Tsunami Indonesia dan Badan Informasi Geospasial juga telah terpasang di delapan titik perairan Indonesia.

Baca juga: Ketua MPR dorong BMKG-BNPB usulkan anggaran alat deteksi tsunami

“Tapi informasi resmi tentang potensi tsunami tetap dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,” ucapnya.

Dosen Program Studi Kelautan Universitas Bengkulu, Ari Anggoro mengatakan dua alat PUMMA tersebut akan dipasang dalam bulan ini.

“Khusus untuk Pulau Enggano sebenarnya direncanakan dalam pekan ini tapi karena kendala cuaca tidak ada kapal yang berlayar,” kata Ari.

Ia mengatakan data yang terekam oleh PUMMA dapat juga dimanfaatkan untuk kebutuhan ilmu pengetahuan dan peningkatan peran lokal dalam membangun budaya sadar bencana. ***1***

Baca juga: Mendeteksi tsunami lewat kanal akustik di Megathrust Mentawai-Siberut
Baca juga: Teknologi hibrid kabel deteksi tsunami dipasang di Megathrust Siberut
Baca juga: BMKG pasang 17 alat deteksi dini gempa bumi dan tsunami di Sultra


Pewarta: Helti Marini S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021