Jakarta (ANTARA) - Masjid Babah Alun Desari di pinggir Tol Depok-Antasari (Desari) Kota Jakarta Selatan memiliki sejuta cerita yang menarik disimak.

Selain bentuknya yang unik karena menyerupai bangunan etnis Tionghoa, juga pendirinya adalah mantan jawara Pasar Baru.

Muhammad Jusuf Hamka, pendiri Masjid Babah Alun Desari, saat ditemui Jumat, mengatakan pembangunan Masjid Babah Alun Desari merupakan ikhtiarnya dalam membangun 1.000 masjid di Indonesia.

"Saya pernah jadi jawara, dulunya tukang 'gelut' di Pasar Baru," kata Jusuf mengakui masa lalunya.

Kata jawara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah jagoan atau pendekar. Tukang gelut yang dimaksudkan Jusuf adalah dirinya sebagai orang yang sering berkelahi di wilayah Pasar Baru.

Jusuf menyebut dirinya terlahir dari orang tua keturunan Tionghoa asal Samarinda. Sedangkan dirinya lahir dan besar di Pasar Baru, Jakarta.

Sejak muda, dia tinggal di Krekot Bunder Pasar Baru, di belakang Pasar Metro Atom, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

"Jadi dari ujung ke ujung Krekot Bunder itu orang kenal saya, dulu pernah jadi bekas RW 03 Pasar Baru," ujar Jusuf.

Baca juga: Meriahkan Imlek Masjid Babah Alun Desari bagikan angpao
Baca juga: Pemkot Jaksel resmikan masjid berarsitektur Tionghoa
Jamaah melaksanakan ibadah Shalat Jumat di Masjid Babah Alun Desari, Jakarta Selatan, Jumat (12/2/2021) (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Sejak tahun 1981, Jusuf telah memeluk Islam, diangkat sebagai anak ideologi oleh Ulama Besar Indonesia, Profesor Buya Hamka.

Kini Jusuf bertransformasi sebagai pengusaha di bidang infrastruktur sukses yang membangun sejumlah jalan tol di Jakarta, Depok maupun Bogor.

Masjid Babah Alun Desari bergaya oriental ketiga yang dibangun Jusuf Hamka. Setelah sebelumnya membangun Mushala Babah Alun di kawasan Ancol dan Masjid Babah Alun di bawah kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono, Sunter, Jakarta Selatan.

"Sebenarnya masjid pertama yang saya bangun ada di Kalimantan dekat pabrik saya," kata Jusuf yang bernama Tionghoa Josef Alun.

Sejak Agustus 2020, Masjid Babah Alun Desari diresmikan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Proses pembangunan masjid tersebut memakan waktu delapan bulan.

Masjid yang terdiri atas satu lantai memiliki luas sekitar 200 meter persegi memiliki daya tampung hingga 200 orang jamaah. Tapi selama masa pandemi COVID-19 diberlakukan pembatasan sosial dengan jaga jarak dibatasi hingga 50 persen.

Jusuf sengaja membangun masjid dengan arsitektur Tionghoa sebagai syiar Islam sekaligus sebagai wisata religi untuk masyarakat.
Baca juga: Tiga masjid unik di Jakarta yang menarik dikunjungi

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021