Jakarta (ANTARA) - Zat besi termasuk mineral yang diserap ke dalam tubuh melalui makanan dan suplemen. Mineral ini berkontribusi pada pembentukan hemoglobin, bagian dari sel darah merah yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen.

"Apabila jumlah zat besi dalam tubuh Anda rendah, maka tubuh tidak akan mampu menghasilkan cukup hemoglobin, yang menyebabkan anemia defisiensi zat besi," kata pakar gizi, Bansari Acharya seperti dikutip dari Insider, Minggu.

Baca juga: Ahli: Anemia dapat sebabkan sejumlah persoalan gizi

Selain anemia, gejala ringan saat tubuh kekurangan zat besi antara lain: kelelahan, sakit kepala ringan, tangan dan kaki dingin dan kurang konsentrasi.

Ahli gizi Nicole DeMasi mengatakan, pada tahap lebih serius, kekurangan zat besi bisa memunculkan pika atau ingin mengonsumsi sesuatu yang bukan makanan seperti tanah liat atau kertas, kelelahan parah dan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.

Kekurangan zat besi terjadi ketika Anda mengonsumsi kurang dari asupan zat besi harian yang direkomendasikan. Jumlah asupan zat besi yang direkomendasikan setiap hari bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Anak di bawah usia 6 bulan misalnya membutuhkan 0,27 mg, saat usianya 7-12 bulan jumlah asupannya bertambah menjadi 11 mg, kemudian pada anak berusia 1-3 tahun kebutuhan zat besinya menjadi 7 mg per hari.

Baca juga: Pakar gizi UI: Cegah anemia di tengah pandemi COVID-19

Mereka yang berusia 4-8 tahun membutuhkan 10 mg zat besi setiap hari, lalu meningkat asupannya saat pada anak berusia 14-18 tahun menjadi 11 mg (laki-laki) dan 15 mg (perempuan).

Pada orang dewasa, misalnya 19-50 tahun kebutuhan zat besi hariannya sekitar 8 mg (pria) dan 18 mg (wanita), sementara bila di atas 51 tahun jumlah asupan zat besi yang dibutuhkan yakni 8 mg baik untuk pria maupun wanita.

Untuk kondisi khusus seperti hamil dan menyusui, kebutuhan zat besi harian sekitar 27 mg dan 10 mg.

Diagnosis dan kiat atasi kekurangan zat besi
Biasanya, tak semua orang bisa mencukupi kebutuhan zat gizinya. Penyebabnya beragam antara lain sedikit atau tidak ada kandungan zat besi dalam makanan, kehilangan darah misalnya karena menstruasi yang berat atau penyebab lainnya, kesulitan menyerap zat besi akibat operasi atau penyakit gastrointestinal.

"Salah satu gejala awal kekurangan zat besi adalah kelelahan. Apabila Anda merasa sangat lelah terus-menerus bahkan setelah istirahat yang cukup dan aktivitas fisik yang terbatas, Anda harus pergi ke dokter," kata Acharya.

Tes darah bisa menunjukkan kekurangan zat besi yang seseorang alami. Tes ini memeriksa jumlah zat besi, kapasitas pengikatan zat besi, dan kadar hemoglobin.

Saat menguji kadar hemoglobin, kekurangan zat besi terjadi saat angka memperlihatkan bawah 12 gram per desiliter untuk wanita dan di bawah 13,5 gram per desiliter untuk pria.

Untuk meningkatkan kadar zat besi, Anda bisa makan lebih banyak makanan yang mengandung zat besi. Pilihannya beragam, seperti:
sereal sarapan yang diperkaya (18mg per porsi), bayam rebus (3 mg per setengah gelas), tahu (3 mg per setengah cangkir), kentang dengan kulit (2 mg per kentang ukuran sedang).

Orang yang berisiko tinggi, tetapi belum kekurangan zat besi atau yang baru saja mengatasi kekurangan zat besi dapat diresepkan 60- 100 mg zat besi setiap hari, kata DeMasi.


Baca juga: Pakar gizi ingatkan perlunya gizi seimbang pada penderita anemia

Baca juga: Anemia pada remaja berisiko meningkat hampir dua kali saat hamil

Baca juga: 5 cara cegah anemia yang mudah dilakukan

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021