Makassar (ANTARA) - Kepala Dinas Perindustrian Sulawesi Selatan Ahmadi Akil mengatakan dari total 1,1 juta UMKM terdapat 1.953 UMKM di antaranya yang terdampak COVID-19 yang membutuhkan peningkatan kapasitas agar memiliki daya saing.

"Saat pandemi, ribuan UMKM terpuruk sebagai dampak pandemi COVID-19 dan membutuhkan stimulus agar bangkit kembali," kata Ahmadi di Makassar, Kamis.

Stimulus penting bagi UMKM dalam menghadapi kebiasan baru adalah menyesuaikan dengan ekosistem digital dalam mendorong peningkatan ekonomi.

Alasannya, penerapan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan menggunakan sistem daring pada saat pandemi COVID-19 merupakan hal yang penting dalam segala lini kebidupan, khususnya sektor ekonomi baik transaksi perdagangan atau bisnis maupun keuangan (finansial).

Tdak ada alasan bagi UMKM ataupun industri rumah tangga untuk tidak menyesuaikan diri dengan meningkatkan kapasitasnya, jika ingin tetap bertahan hidup (survive).

Sejalan dengan hal itu, upaya yang dilakukan Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan dengan meningkatkan kapasitas UMKM melalui "coaching business" dan workshop, termasuk pendampingan, patut mendapatkan apresiasi.

Hal itu diakui salah seorang pelaku UMKM Muh Idris yang awalnya hanya merintis industri rumah tangga di Kabupaten Gowa, Sulsel.

"Dengan pendampingan dan bekal workshop untuk mengetahui sistem transaksi digital, akhirnya produk kopi saya bisa dikenal hingga di mancanegara, karena menggunakan penjualan dan transaksi sudah dilakukan secara daring," katanya.
Baca juga: Pelaku UMKM di Sumsel didorong manfaatkan e-commerce
Baca juga: Minimalkan risiko, perbankan Sumsel lebih hati-hati salurkan kredit
Baca juga: UMKM binaan BI Sumsel tembus pasar New York
 

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021