Solusinya ialah beralih menggunakan Tangkis, yang dibuat dari bahan alami, sehingga produk gula yang dihasilkan aman bagi kesehatan
Rejang Lebong (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu meminta kalangan perajin gula aren di daerah itu tidak menggunakan deterjen sebagai campuran mengawetkan air nira sebelum dilakukan pengolahan.

Kepala Distankan Rejang Lebong, Suherman di Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan adanya temuan penggunaan deterjen dalam pengolahan air nira menjadi gula merah batok di wilayah itu telah mencoreng nama baik perajin gula aren lainnya.

"Isu krusial dalam pengembangan usaha aren di Rejang Lebong saat ini ialah berupa penggunaan deterjen dalam pengolahan air nira menjadi gula batok, mereka mengklaim ini hanya diberikan sedikit saja seperti bumbu penyedap yang tujuannya agar tidak terjadi fermentasi," kata dia.

Pemakaian deterjen oleh perajin gula aren, tambahnya, memang ada namun tidak semua menggunakannya.  Penggunaan deterjen dalam pengolahan air nira menjadi gula aren dinilainya membahayakan kesehatan bagi orang yang mengonsumsinya.


Baca juga: Ditemukan campurkan deterjen, perajin gula aren beralasan biar padat


Penggunaan sedikit deterjen tersebut, menurut dia, dimaksudkan, agar air nira yang disadap dari pohon aren tidak cepat asam sehingga nantinya  bisa diolah menjadi gula batok.

Suherman menyatakan, permasalahan penggunaan deterjen mulai terpecahkan dengan adanya penemuan produk pengawet air nira yang berbahan alami dan sudah mulai dikemas serta dijual bebas yang diberi nama "Tangkis".

"Solusinya ialah beralih menggunakan Tangkis, yang dibuat dari bahan alami campuran antara kapur dengan kayu nangka dan kulit buah manggis sehingga produk gula yang dihasilkan aman bagi kesehatan," katanya..

Untuk membantu perajin aren beralih menggunakan Tangkis ini, pihaknya akan terus menyosialisasikannya ke lapangan termasuk upaya mengajak pelaku usaha pertanian menyiapkannya di toko-toko mereka sehingga perajin mudah mendapatkannya.


Baca juga: Warga Manfaatkan Air Gula Aren Pengganti Susu


Sementara itu, Andre (44) perajin gula aren di Kecamatan Selupu Rejang mengaku dirinya tidak pernah menggunakan deterjen guna mengawet air nira yang akan diolahnya, dan memilih menghangatkan air nira yang disadap dari setiap pohonnya di atas bara api.

"Setiap air nira yang baru disadap dari pohon aren saya kumpulkan dalam kuali dan dipanaskan dengan api kecil sehingga air niranya tidak menjadi asam, setelah terkumpul banyak baru dimasak jadi gula memang agak repot tetapi gulanya akan aman kalau dikonsumsi," ujarnya.

Data dari BPS Kabupaten Rejang Lebong menyebutkan jumlah produksi gula aren yang dihasilkan petani di wilayah itu sepanjang 2020  mencapai 5.441,68 ton, dengan luasan perkebunan tanaman aren mencapai 2.280 hektare.


Baca juga: ISMI kembangkan gula aren dari kelapa sawit di Aceh

Baca juga: Kementan-asosiasi rumuskan strategi dongkrak budi daya dan ekspor aren

Baca juga: Tingkatkan kualitas, Kemenperin dorong modernisasi produksi gula aren

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021