Misalnya untuk dalam negeri kita mengeluarkan yang namanya sukuk ritel, ini juga salah satu terobosan kita, bagian dari cara kita untuk menerbitkan SBN secara berkesinambungan
JAKARTA (ANTARA) - Kementerian Keuangan telah merumuskan langkah-langkah strategis untuk mengembangkan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yakni dengan memperhatikan tiga faktor utama yang terdiri dari permintaan, pasokan dan infrastruktur.

“Di sisi demand tentu kita melakukan secara terus-menerus penataan basis investor, meningkatkan akses dan literasi investor, serta memberikan dukungan pengembangan structured product,” ungkap Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan saat diskusi media daring di Jakarta, Rabu.

Kemudian dari sisi pasokan, Kemenkeu melakukan diversifikasi instrumen SBN melalui pengembangan skema sesuai dengan kebutuhan investor dalam negeri.

“Misalnya untuk dalam negeri kita mengeluarkan yang namanya sukuk ritel, ini juga salah satu terobosan kita, bagian dari cara kita untuk menerbitkan SBN secara berkesinambungan,” ungkapnya.

Sedangkan dari sisi infrastruktur, Kemenkeu bersama Bursa Efek Indonesia melakukan kajian atas peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan SBN diantaranya pengembangan pasar repo, kebijakan perpajakan dan pengembangan ETP yang terintegrasi.

“Untuk perpajakan sudah keluar aturannya bahwa perpanjangan di pasar obligasi akan diturunkan dari 20 persen menjadi 10 persen dan mulai berlaku sekitar Agustus,” kata Deni.

Upaya peningkatan partisipasi investor domestik di pasar SBN dilakukan karena daya serap investor domestik masih rendah yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Yakni masih dangkalnya pool of fund investor institusi, terkonsentrasinya investor di Jawa, basis investor yang terbatas dan rendahnya tingkat literasi keuangan relatif terhadap peer countries.

Deni juga menyebutkan bahwa pola pikir investor institusi yang berorientasi pada pengembalian jangka pendek turut menjadi tantangan.

Selain itu, Kemenkeu juga menyimpulkan bahwa likuiditas pasar sekunder masih rendah dan instrumen derivatif juga belum berkembang.

Untuk penerbitan SBN ritel tahun 2021, pemerintah menargetkan sebanyak Rp60-80 triliun, tak jauh berbeda dengan realisasi penerbitan SBN ritel sepanjang 2020 yang mencapai Rp76,78 triliun.

SBN ritel direncanakan akan diterbitkan setidaknya enam kali dengan instrumen Obligasi Negara Ritel (ORI), Sukuk Ritel, Saving Bonds Ritel (SBR) serta Sukuk Tabungan.

Baca juga: Kemenkeu paparkan penerbitan SBN guna penuhi target defisit APBN
Baca juga: BI beli SBN Rp40,77 triliun untuk biayai APBN 2021
Baca juga: SBN ritel incar gairah generasi muda untuk berinvestasi


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021