potensi keragaman genetik Indonesia harus kita jaga
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Mahendra Siregar mengatakan kekayaan keanekaragaman hayati membuat Indonesia rentan menjadi target dari pencurian sumber daya genetik atau biopiracy.

"Sebagai salah satu dari 10 negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia, Indonesia rentan menjadi target biopiracy, di mana potensi hayati negeri dapat dibajak oleh peneliti dan pihak asing lainnya," kata Wamenlu Mahendra ketika berbicara dalam diskusi perihal perlindungan sumber daya genetik, Jakarta, Selasa.

Dalam diskusi yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu, Wamenlu menegaskan pencurian itu bisa berakibat dengan pengajuan paten oleh pihak asing untuk keperluan komersial.

Dia menyoroti bahwa banyak negara dengan keanekaragaman hayati memiliki status sebagai negara berkembang. Hal itu membuat banyak pihak dari negara maju yang memiliki kepentingan baik terkait kepentingan ekonomi mencari sumber daya genetik dari negara berkembang.

Baca juga: Menteri LHK tegaskan pentingnya menjaga sumber daya genetik Indonesia

Namun, dengan diratifikasinya Protokol Nagoya yang mengatur pembagian keuntungan adil untuk pemanfaatan keragaman hayati sebuah negara.  Protokol itu mengatur pemanfaatan dan perdagangan keragaman hayati secara global, termasuk pembagian keuntungan, persetujuan transfer yang menguntungkan, pemberitahuan kepada pemangku kepentingan, dan alih teknologi.

Dia juga menjelaskan bahwa pada semester kedua 2021 akan disahkan Post-2020 Global Biodiversity Framework guna menguatkan ambisi dan aksi internasional dalam mencapai target-target berkaitan dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Terkait ancaman biopiracy tersebut, Menteri LHK Siti Nubrbaya dalam diskusi yang sama juga menegaskan pentingnya perlindungan sumber daya genetik dan keanekaragaman hayati Nusantara.

Baca juga: Pemerintah dorong perlindungan dan pengembangan sumber daya hayati

Hal itu karena sumber daya genetik dan hayati terkait langsung dengan geostrategi, geopolitik serta geoekonomi Indonesia.

Karena itu itu menjadi ancaman dan tantangan jika Indonesia tidak mampu mengelola keanekaragaman tersebut di tengah banyaknya pihak asing yang memiliki teknologi tinggi ingin memanfaatkannya.

"Potensi keragaman genetik Indonesia harus kita jaga dan dicegah agar tidak beralih kepada pihak asing tanpa sepengetahuan atau persetujuan pemerintah," demikian ujar Siti.

Baca juga: Ratifikasi Protokol Nagoya momentum cegah "biopiracy"
Baca juga: Indonesia Timur titik pusat keanekaragaman hayati

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021