Makassar (ANTARA) - Uskup Agung Makassar Mgr Johannes Liku Ada menyampaikan bahwa para jemaat penuh haru saat pelaksanaan ibadah Kamis Putih jelang Paskah 4 April mendatang.

"Keharuan umat yang mendalam sangat terasa, karena kesadaran Kasih Yesus yang tanpa batas menyertai dan melindungi mereka dari aksi teror bom bunuh diri pada Minggu Palma," ujarnya di Makassar, Kamis.

Gereja Katedral untuk pertama kali kembali melaksanakan ibadah setelah peristiwa bom bunuh diri terjadi di gereja yang berada di Jalan Kajaolalido Makassar tersebut, Minggu (28/03/2021).

Baca juga: Gereja Kathedral Medan gelar misa Kamis Putih dengan pengamanan ketat

Baca juga: HMI bantu kawal ibadah malam Misa Natal di Manokwari


Sebelumnya, Mgr Johannes Liku Ada merasa khawatir tidak akan banyak umat yang datang ke Gereja karena masih takut, meskipun ibadat misa juga digelar secara online atau streaming.

Namun, nyatanya gereja penuh jemaat hingga ke luar gedung utama Gereja Katedral. Jemaat menjalani ibadah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.

"Mereka merasa benar-benar mengalami mukjizat perlindungan Yesus yang mengasihi mereka tanpa batas, karena itu mereka tidak takut datang beribadah di Gereja dan yakin Yesus melindungi mereka," urai Mgr Johannes Liku Ada yang memimpin ibadah sore pertama di Gereja Katedral Makassar.

Pelaksanaan ibadat di Gereja Katedral akan berlangsung selama empat hari, mulai Kamis hingga Perayaan Paskah 4 April 2021. Setiap hari digelar dua kali ibadat, yakni masing-masing ibadah Kamis Putih (Kamis), Perjamuan Jumat Agung (Jumat) dan Sabtu Hening, serta Minggu adalah Hari Raya Paskah.

Seorang jemaat bernama Emanuel yang ditemui di sekitar Gereja Katedral mengatakan peristiwa nahas tersebut harus dimaknai sebagai teguran agar lebih berbenah dan lebih baik lagi, mulai dari segi toleransi dan memaknai arti Bhinneka Tunggal Ika.

Baca juga: Seribuan jemaat Jayapura ikut ibadah malam kudus

Baca juga: Misa Kamis Putih Jayapura dijaga remaja masjid


"Ini bukan soal agama, tetapi oknum, agama tidak ada yang salah, karena saya sendiri dalam pergaulan saya 90 persen dengan yang beda agama. Jadi ini kesalahan orangnya bukan agamanya," urai pria asal Manggarai, Flores tersebut.

Menurutnya, kematian telah diatur, jika sudah saatnya, tentu akan mati tanpa adanya peristiwa teror seperti sebelumnya. "Tidak ada yang perlu ditakutkan dalam melaksanakan ibadah, karena pelaksanaannya juga telah dijamin oleh pihak aparat keamanan," katanya.

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021