Kuala Tanjung akan menjadi pelabuhan masa depan Indonesia
Jakarta (ANTARA) - PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo 1 melakukan akselerasi pengembangan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (PIE) dengan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Pelindo 1 melalui anak perusahaannya PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) dengan Union Resources & Engineering Co., Ltd (UREC) tentang pemanfaatan lahan dan infrastruktur di Kawasan Industri Kuala Tanjung.

Ruang lingkup kerjasama yang ditandatangani pada Selasa (27/4), melingkupi pemanfaatan lahan dan infrastruktur dasar yang akan disediakan oleh Pelindo 1 melalui anak usahanya, PT PPK untuk kebutuhan pembangunan smelter tembaga milik UREC di Kawasan Industri Kuala Tanjung. Smelter tembaga ini akan dibangun di area seluas 100 Ha yang terintegrasi dengan pelabuhan.

“Kuala Tanjung berada dalam posisi yang sangat strategis, di tengah jalur utama Selat Malaka sehingga keberadaan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (PIE) berpotensi besar sebagai simpul penting dalam jaringan logistik dan supply chain global. Sehingga Kuala Tanjung akan menjadi pelabuhan masa depan Indonesia,” kata Direktur Utama Pelindo 1, Prasetyo dalam pernyataan pers di Jakarta, Rabu.

Prasetyo mengatakan bahwa Pelindo 1 sudah melakukan kerja sama global logistik dengan sejumlah mitra strategis untuk mengakselerasi pengembangan Kuala Tanjung PIE.

Dalam mengembangkan Kuala Tanjung PIE yang terdiri dari dua bagian yang terintegrasi antara kawasan pelabuhan (Kuala Tanjung Multipurpose Terminal) dan kawasan industri (Kuala Tanjung Industrial Zone), Pelindo 1 akan menggandeng Zhejiang Seaport dan Port Rotterdam sebagai operator pelabuhan yang terbesar di Asia dan Eropa dengan memiliki jaringan logistik global.

Tak hanya itu, pemerintah juga mendukung penuh dan mendorong Pelindo 1 untuk melakukan percepatan pengembangan area industri.

Ia menjelaskan pengembangan Kuala Tanjung PIE ditandai dengan telah beroperasinya Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) sejak tahun 2019 yang diproyeksikan sebagai the Next Indonesia’s Logistic and Supply Chain Hub. Pelabuhan ini didesain untuk mengakomodasi kapal-kapal berukuran besar dengan bobot 50.000 DWT (dead weight tonnage) serta berbagai jenis muatan, dari petikemas, curah cair, hingga general cargo.

Sedangkan untuk Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ) dikembangkan di area seluas 3.400 Ha dengan memiliki potensi segmen industri yang beragam, baik itu port associate industry maupun yang non-port associate industry, di antaranya: aluminium, palm oil, iron & steel, rubber, petrochemical, produk makanan, serta segmen industri lainnya.

Kawasan ini juga akan diperkuat dengan tersedianya berbagai layanan pendukung seperti bunkering service, logistic service, dan warehousing, serta dilengkapi juga dengan penyediaan listrik, jaringan pipa gas, air bersih, pengelolaan limbah, dan jaringan utilitas lainnya.

“Kami berterimakasih kepada UREC yang memilih Kawasan Industri Kuala Tanjung untuk membangun smelter, kami akan menyiapkan sumber daya untuk terus mendukung pembangunannya. Dengan hadirnya UREC di Kuala Tanjung, kami berharap ke depannya akan semakin banyak investor yang masuk ke Kawasan Industri Kuala Tanjung yang memiliki lokasi yang strategis dengan terkoneksi jaringan transportasi terpadu berupa jalan tol Trans-Sumatera dan jaringan jalur kereta api, serta berada di Pulau Sumatera yang memiliki tiga pelabuhan besar yakni Pelabuhan Belawan, Dumai, dan Kuala Tanjung,” katanya.

Prasetyo menambahkan Kuala Tanjung PIE juga terintegrasi dan terhubung langsung dengan Kawasan Industri Sei Mangkei, yang merupakan kawasan industri yang terlebih dahulu ada di Sumatera Utara dan telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Selain itu, Kuala Tanjung PIE juga akan menerapkan konsep smart port and smart industrial area. Hal tersebut didukung dengan perencanaan implementasi IoT (Internet of Things) dan ICT (Information and Communication Technology) di kawasan tersebut sehingga nantinya akan menjadi sebuah kawasan industri modern berskala Internasional.

Sementara itu, Chief Representative of Jakarta Office, Indonesia UREC Co., Ltd, Meng Zhanqian mengatakan sangat senang bisa bekerja sama dengan Pelindo 1 dan membuka potensi kerjasama lain kedepannya.

“Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Pelindo 1 dalam memanfaatkan lahan dan infrastruktur di Kawasan Industri Kuala Tanjung. UREC akan membangun smelter tembaga, ini menjadi pembangunan yang kedua di Indonesia setelah di Gresik, Jawa Timur. Tak hanya pembangunan smelter, kami juga siap bersinergi dengan Pelindo 1 untuk melakukan kerjasama lainnya dengan melihat potensi-potensi kerjasama yang kita miliki,” kata Meng Zhanqian.

UREC adalah perusahaan integrasi sumber daya internasional yang bisnis utamanya meliputi kontrak rekayasa internasional, impor dan ekspor peralatan. UREC menjadi bagian dari Yunnan Province Energy Investment Group Co., Ltd yang termasuk dalam jajaran perusahaan teratas di Cina.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT PPK, Jansen Sitohang dengan Chief Representative of Jakarta Office, Indonesia UREC Co., Ltd, Meng Zhanqian yang disaksikan oleh Direktur Utama Pelindo 1, Prasetyo dan Direktur Teknik Pelindo 1 yang sekaligus menjadi Komisaris PT PPK, Hosadi Apriza Putra.


Baca juga: Pelindo 1 ekspor perdana Petikemas ke Port Klang Malaysia
Baca juga: Kementerian BUMN tunjuk Prasetyo sebagai Dirut baru Pelindo I
Baca juga: Pelindo 1 perkuat bisnis jasa maritim di Selat Malaka


Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021