Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan produk-produk halal, khususnya makanan dan minuman, tidak hanya disukai oleh umat Muslim, tetapi juga masyarakat non-muslim; karena terjamin kebersihan dan kesehatannya.

Wapres mencontohkan masyarakat di Australia, yang sebagian besar non-muslim, justru lebih suka mengonsumsi daging halal.

"Makanan halal itu good food (makanan baik); dan ternyata orang-orang non-muslim saja, mereka itu lebih suka makanan halal. Seperti di Australia, mereka lebih suka mengonsumsi daging halal, karena lebih bersih," kata Wapres Ma’ruf Amin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Wapres dorong pengembangan produk halal alternatif

Dengan potensi pasar konsumen produk halal yang juga berkembang secara global tersebut, Indonesia harus dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan produk-produk halal, kata Wapres Ma’ruf.

"Industri halal ini, kita ingin Indonesia itu bukan saja memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga kita ingin menjadi produsen halal dunia yang bisa menjadi eksportir halal terbesar," tukasnya.

Untuk dapat menjadi produsen halal terbesar dunia, Wapres mengatakan perlu ada sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa pengembangan produk halal bukan saja merupakan perintah agama, melainkan juga upaya untuk membawa kebaikan di berbagai sektor.

"Halal lifestyle kita ingin dorong supaya bisa berkembang lebih besar lagi, lebih pesat lagi, tidak pada fokus-fokus tertentu, tetapi semua yang memungkinkan," tukasnya.

Wapres juga menyampaikan pentingnya pengembangan kawasan industri halal, yang tergabung dalam kawasan industri di berbagai daerah.

Pengembangan kawasan industri halal tersebut juga bertujuan agar pelaku usaha kecil dan menengah dapat terlibat lebih banyak dalam kegiatan produksi rantai pasok industri halal global atau global halal value chain, ujarnya.

Baca juga: Wapres: Pembatasan mudik tingkatkan penjualan daring produk halal

Baca juga: Ketua DPD RI dorong Jaminan Produk Halal RI bersaing di pasar global


Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021