solusi potensial untuk mengurangi penyebab perubahan iklim
Jakarta (ANTARA) - National Battery Research Institute (NBRI) mendukung program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dan peningkatan energi baru terbarukan yang merupakan bagian dari aksi nyata terbaik yang dilakukan Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Meningkatkan kendaraan listrik akan mengurangi produksi karbondioksida karena penggunaan bahan bakar fosil dikurangi," kata Pendiri atau Founder dari National Battery Research Institute (NBRI) Prof. Dr. Evvy Kartini dalam konferensi pers virtual peluncuran Climate Challenge Workshop, Jakarta, Jumat.

Diamanatkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement kepada United Nations Framework Convention On Climate Change (UNFCC), Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 29 persen dengan upaya sendiri atau 41 persen dengan kerja sama internasional pada tahun 2030.

Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, Indonesia melakukan sejumlah aksi diantaranya mendorong percepatan penggunaan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Itu dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Selain itu, Presiden Joko Widodo dalam Leader Summit on Climate 2021 juga mengatakan pengembangan biofuel, industri baterai litium, dan kendaraan listrik sebagai beberapa aksi nyata Indonesia dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca.

Mendukung hal itu, Evvy mengatakan NBRI memiliki visi untuk mengumpulkan semua pemangku kepentingan di Indonesia dalam penelitian dan produksi baterai, untuk membentuk penelitian baterai nasional yang kuat dan meningkatkan visibilitas penelitian baterai di tingkat pemerintah.

NBRI merupakan pusat unggulan Yayasan Inovasi Baterai dan Energi Terbarukan, yang mendukung penelitian, pelatihan dan pendidikan.

Loka karya Climate Challenge Workshop merupakan kerja sama antara National Battery Research Institute, British Council dan Queen Mary University of London.

Evvy menuturkan loka karya tersebut menawarkan platform untuk menstimulus dan mendiskusikan ide-ide penelitian inovatif dan mendorong kolaborasi berkelanjutan lintas disiplin ilmu.

Hibah penelitian yang ditawarkan dalam loka karya itu dirancang untuk memberikan dukungan finansial Early Career Researcher dari Inggris dan Indonesia untuk berperan dalam loka karya penelitian interdisipliner, tambahnya.

Loka karya itu mengelaborasi topik tentang penyebab dan peran Indonesia terhadap perubahan iklim secara lokal dan global di berbagai sektor ekonomi misalnya transportasi, energi, industri, pariwisata dan rumah tangga, serta dampak sosial dan ekonomi yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim di Indonesia.

Baca juga: Inovasi pengurangan emisi gas rumah kaca bagi mitigasi perubahan iklim

Baca juga: Bappenas siapkan beberapa skenario Indonesia capai nol emisi karbon

Loka karya tersebut juga mengangkat tema terkait solusi teknologi yang menggabungkan energi terbarukan (surya, angin, hidro) dengan baterai, yang dimasukkan ke dalam konteks revolusi transportasi baterai di Indonesia, serta hambatan sosial ekonomi, kebijakan dan keuangan untuk solusi perubahan iklim di Indonesia.

"Loka karya ini akan menjelaskan solusi potensial untuk mengurangi penyebab perubahan iklim yang didorong oleh Indonesia, seperti energi terbarukan yang didukung baterai atau elektrifikasi transportasi, juga mengidentifikasi baterai yang dapat diskalakan dan teknologi energi terbarukan yang dapat mengatasi perubahan iklim," ujar Evvy.

Co-Founder dari NBRI Prof. Dr. Alan J Drew mengatakan kegiatan Climate Challenge Workshop akan meliputi antara lain diseminasi, pelatihan dan peningkatan kapasitas, serta pendanaan riset dengan kerja sama internasional.

Ada dua skema pendanaan yang ditawarkan dalam loka karya itu yakni Dissemination Awards dan Research Prizes.

Pada Dissemination Awards, peneliti atau peserta dari Indonesia atau Inggris dapat mempresentasikan penelitian mereka di loka karya.

Presentasi penelitian terbaik akan dipilih untuk mendapatkan pendanaan untuk menghadiri konferensi internasional pilihan mereka untuk mempresentasikan pekerjaan penelitian mereka. Tersedia dana hingga 2.000 poundsterling atau Rp40 juta per orang.

Sementara Research Prizes memungkinkan peneliti dari Indonesia atau Inggris untuk melakukan penelitian langsung terkait baterai, perubahan iklim dan Indonesia. Bisa juga dilakukan kolaborasi dengan ilmuwan internasional.

Dana tersedia hingga 8.000 poundsterling atau Rp160 juta per satu hadiah pendanaan penelitian yang terpilih, dan ditargetkan empat hadiah pendanaan penelitian akan diberikan.

Baca juga: Indonesia dorong kolaborasi internasional capai target penurunan GRK

Baca juga: Indonesia perlu belajar dari tiga negara ini dorong kendaraan listrik


 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021